Shendi Dicegat, Dilempar, Lalu Dipukul Kayu

Shendi Dicegat, Dilempar, Lalu Dipukul Kayu

radartasik.com, BUNGURSARI - Dua pemuda pelaku pengeroyok pelajar SMP di Kampung Sindang Sono Sindang Lengo, depan pemakaman Bong Cina, Kelurahan Setiamulya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya telah ditangkap polisi pekan lalu.


Kedua pelaku pemuda inisial IR dan JZ, telah mengakui semua perbuatannya yang mengeroyok korban Shendi Herdianto (16), hingga harus dirawat 5 hari di RSUD dr Soekardjo dan akhirnya meninggal dunia.

Polisi pun mengganjar kedua pelaku tersebut dengan hukum 15 tahun penjara. Hal itu dibenarkan Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Aszhari Kurniawan melalui Kasatreskrim Polres Tasikmalaya Kota, AKP Agung Tri Poerbowo, Senin (17/1/22).

“Pelaku dikenakan Pasal 80 ayat (3) UU nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan pasal 170 dan atau pasal 351 KUHPidana. Ancaman penjara selama-Lamanya 15 tahun,” paparnya.

Terang dia, para pelaku bersama-sama melakukan kekerasan terhadap korban dengan cara menghadang sepeda motor yang sedang dikendarai oleh korban dengan teman-temannya.

“Kemudian pelaku melempar dan memukul korban dengan menggunakan kayu, sehinggga korban terjatuh dari sepeda motor yang ditumpangi. Kejadiannya Minggu (5/12/21) dini hari sekira pukul 01.30,” terangnya.

Menurut dia, kejadian ini awalnya sewaktu korban bersama-sama dengan 3 orang temannya sedang mengendarai 2 unit sepeda motor merek Honda Vario dan Honda Sonic secara berboncengan dari arah Kecamatan Kawalu menuju Kecamatan Tamansari.

“Dan korban dalam posisi dibonceng. Di tengah perjalanan korban dan temannya tersebut dihadang oleh para tersangka dengan cara dilempar serta dipukul dengan menggunakan potongan kayu yang mengenai kepala korban, sehingga korban terjatuh dari atas sepeda motor,” bebernya.

Jelas dia, akibat peristiwa tersebut korban meninggal dunia dengan mengalami luka-luka di bagian kepala, perut dan kaki setelah 5 hari mendapatkan perawatan di RSUD dr Soekardjo.

Diberitakan sebelumnya, duka masih meliputi keluarga almarhum Shendi. Ditangkapnya dua pelaku sedikit banyak memberikan kelegaan kepada keluarga almarhum.

Kakak korban, Agus Hendra menjelaskan pihak keluarga sulit untuk memaafkan para pelaku. Menurut keluarga hukuman mati atau penjara seumur hidup cukup pantas diterima para pelaku. “Nyawa dibayar nyawa lagi,” ungkapnya saat ditemui Radar di rumahnya, Rabu (12/1/2022).

Menurutnya, apa yang dilakukan para pelaku terbilang sangat keji dan tidak manusiawi. “Anak tidak tahu apa-apa dikeroyok begitu saja,” ucapnya.

Diceritakan Agus, Sabtu 4 Desember 2021 Shendi pamit untuk bermain dengan temannya. Namun pada Minggu dini hari (5/12/201) petugas kepolisian menginformasikan bahwa Shendi masuk rumah sakit. “Keluarga di sini langsung berangkat ke RSUD (dr Soekardjo), kita dapat informasi sekitar pukul 03.00,” terangnya.

Tiba di rumah sakit, kondisi Shendi sudah tidak sadar dengan luka hampir di seluruh tubuh. Paling parah adalah bagian kepala, punggung dan pinggul. “Sebagian tulang kepala sudah hancur, dan tulang punggung juga retak,” ucapnya.

Melihat kondisi Shendi, keluarga sudah pesimis soal keselamatan pelajar yang masih duduk di kelas 1 SMA itu. Benar saja, lima hari di rumah sakit Shendi menghembuskan nafas terakhirnya. “Selama di rumah sakit tidak pernah sadar, paling ada gerak-gerak sedikit saja,” ucapnya.

Cukup disesalkan, pelaku yang mengeroyok Shendi tidak ada itikad baik untuk meminta maaf. Perwakilan dari mereka baru datang ketika proses hukum sudah berjalan di kepolisian. “Kalau menuruti emosi kami ingin mendatangi para pelakunya, tapi kami sadar itu tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula,” ucapnya.

Kini riwayat Shendi hanya tinggal kenangan di keluarga tersebut. Keluarga hanya bisa mendoakan almarhum agar mendapat tempat yang layak di sisi Sang Pencipta.

Hasil penyelidikan polisi, hal itu diduga ditenggarai salah sasaran. Para pelaku mengira Shendi dan tiga temannya merupakan kelompok berandalan motor.

Menurut Agus, anggapan adiknya bagian berandalan bermotor salah besar. Dia pun yakin adiknya tidak memiliki masalah dengan warga di lokasi kejadian. “Kalau memang adik saya atau temannya punya masalah dengan warga sana, enggak mungkin mereka berani lewat sana apalagi hanya berempat,” ucapnya.

Justru menurutnya para pelaku yang sudah kehilangan akal warasnya. Karena dalam kondisi di bawah pengaruh alkohol, mereka tiba-tiba mencegat Shendi dan mengeroyoknya. “Karena pas saya dengan polisi ke sana pun ada botol-botol minuman keras,” terangnya.

Di keluarganya, Shendi dikenal sebagai anak yang berperilaku baik. Apalagi dia cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. “Anaknya juga sering bermanja-manja ke ibunya, jauh dari perilaku geng motor,” ujarnya.

Saat ini pun kegiatan Shendi terbilang wajar seperti kemping bersama teman-temannya. Apalagi adiknya dan teman-temannya itu sedang merintis ingin menjadi pegiat konten. “Anaknya jenaka, sering bikin video untuk youtube bareng teman-temannya,” ucapnya. (rga/rez)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: