Hasil Penelitian, Vaksin Booster Campuran Sukses Meningkatkan Antibodi
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Jumat 14-01-2022,14:30 WIB
JAKARTA — Masyarakat bisa mendapatkan vaksin booster atau penguat berbeda dengan dosis 1 dan 2 atau sama dengan dosis dan 2. Karena itu vaksin booster bersifat homolog dan heterolog.
Penelitian membuktikan,
vaksin booster campuran atau dosis ketiga berbeda dengan dosis 1 dan 2, mampu meningkatkan antibodi lebih tinggi daripada
vaksin homolog atau sejenis.
Vaksin heterolog adalah
vaksin campuran. Artinya misalnya dosis 1 dan 2 diberikan Sinovac dengan virus yang tak aktif, maka dosis 3 diberikan
vaksin metode mRNA seperti Pfizer atau Moderna.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada Juli 2021 mengirimkan rekomendasi kepada pemerintah untuk segera memberikan
booster ketiga untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi petugas kesehatan.
Usulan itu akhirnya disetujui. Saat itu 50 profesor serta tim medis garda terdepan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menerima
booster di RS Cipto Mangunkusumo sebagai tenaga kesehatan pertama di Indonesia yang menerima
booster. Nakes saat itu mendapatkan
vaksin heterolog yakni
vaksin berbeda dari dosis 1 dan 2.
Nakes menerima
vaksin Moderna untuk
booster. Dosis 1 dan 2, mereka menerima Sinovac. “Program
booster vaksin untuk tenaga kesehatan kemudian dilanjutkan di seluruh negeri, dan semua staf medis, staf administrasi, dan mahasiswa kedokteran kami saat itu menerima suntikan ketiga menggunakan
vaksin yang dibuat oleh perusahaan biotek AS Moderna,” kata Ahli Spesialis Penyakit Dalam dan Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam baru-baru ini.
Ia pun disuntik
booster Moderna. Prof Ari bercerita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang ia rasakan hanya bersifat ringan.
“Ya saya menerima 2 Sinovac,
booster Moderna. Hanya 1 hari, meriang, panas 37,5 derajat, dan sedikit pegal di tempat suntikan,” kata Prof Ari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti FKUI dan dimuat di jurnal ilmiah Medrxiv, menyebutkan
vaksin virus utuh yang tidak aktif CoronaVac (SinoVac) adalah
vaksin Covid-19 yang paling banyak diberikan di seluruh dunia. Namun, data tentang imunogenisitas dan reaktogenisitasnya terhadap peningkatan heterolog dengan
vaksin mRNA (seperti Pfizer dan Moderna) masih kurang.
Kelompok staf rumah sakit di Jakarta, Indonesia, yang menerima dua dosis CoronaVac enam bulan sebelumnya mengukur titer antibodi pada sampel serum berpasangan yang diambil sebelum dan 28 hari setelah
booster mRNA dengan Moderna.
Temuan di antara 304 peserta, usia rata-rata adalah 31 tahun (kisaran 21-59), 235 (77,3 persen) adalah perempuan, 197 (64,8 persen) memiliki satu atau lebih infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Infeksi dan interval waktu yang lebih lama antara
vaksin kedua dan
booster mRNA dikaitkan dengan titer antibodi pra-peningkatan yang lebih tinggi. Pasca-
booster, titer antibodi meningkat 9,3 kali lipat, dari 250 menjadi 2313.
Interpretasi
booster mRNA
vaksin heterolog dosis tinggi setelah CoronaVac dua dosis sangat imunogenik dan aman. Termasuk pada mereka yang paling membutuhkan peningkatan kekebalan.
Beberapa uji klinis telah mengevaluasi jadwal vaksinasi heterolog (vaksinasi campur menunjukkan respons imun yang kuat pada orang dewasa. Setelah CoronaVac (Sinovac) dua dosis, lalu diberikan
booster (Pfizer-BioNTech) secara signifikan lebih imunogenik daripada
booster homolog terhadap tipe Variants of Concern (VOCs) Beta, Gamma dan Delta.
Dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 sebelumnya,
booster vaksin saat ini tampaknya menetralkan Delta ke tingkat yang sedikit lebih rendah, dan Omicron ke tingkat yang jauh lebih rendah. Dan data awal dari Moderna menemukan bahwa dosis resmi meningkatkan peningkatan antibodi 37 kali lipat dan dosis tinggi meningkatkan 83 kali lipat.
Penelitian itu adalah yang pertama memberikan bukti penting di dunia nyata bahwa peningkatan
booster vaksin heterolog dengan
vaksin mRNA dosis tinggi setelah CoronaVac (Sinovac) sangat imunogenik, aman, dan dapat ditoleransi dengan baik pada orang dewasa.
(jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: