Tren Keamanan Siber yang Bakal Digunakan pada 2022

Tren Keamanan Siber yang Bakal Digunakan pada 2022

Radartasik.com — Jenis serangan siber beragam. Namun, ada beberapa serangan siber yang dampaknya paling merugikan secara bisnis. 

Kaspersky pernah melakukan studi terkait insiden siber yang menimpa pelaku bisnis. Menurut survei yang dilakukannya, sepertiga (32 persen) organisasi besar mengalami serangan siber yang melibatkan data yang dibagikan dengan pemasok. Jumlah ini tidak berubah secara signifikan sejak laporan 2020 terakhir diterbitkan (33 persen).

Sementara itu, dirangkum dari berbagai sumber, jenis serangannya juga beragam dengan dampak kerugian yang tak sedikit termasuk kerugian fisik perangkat milik perusahaan senilai USD 1,3 juta, serangan cryptomining dengan kerugian USD 1,3 juta dan penggunaan sumber daya TI yang tidak tepat oleh karyawan sebesar USD 1,3 juta.

Dalam hal peringkat, ini juga mengalami perubahan dan menunjukkan bagaimana pandemi telah mengubah lanskap keamanan siber bagi bisnis. Kerugian finansial rata-rata dari setiap serangan dilaporkan menurun.

Ini menunjukkan penurunan 15 persen yang signifikan dibandingkan dengan hasil tahun lalu, yaitu USD 927 ribu pada tahun 2021 versus USD 1,09 juta pada 2020. Tahun ini bahkan lebih rendah dari angka di 2017 yakni USD 992 ribu.

Meski situasi pandemi hingga sekarang belum dapat diprediksi kapan berakhir, namun menjadi saat yang tepat bagi perusahaan untuk mengevaluasi kembali dampak krisis yang berkelanjutan. Untuk membantu bisnis memprioritaskan strategi keamanan siber di tahun yang akan datang, ada beberapa tren keamanan siber yang diprediksi akan banyak dilakukan pengusaha di 2022, berikut tren selengkapnya:

Alokasi Anggaran Berubah

Pertama, alokasi anggaran keamanan siber diprediksi akan berubah. Anggaran keamanan siber untuk 2021 telah direncanakan pada akhir 2020, di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, banyak perusahaan tampaknya melanjutkan dengan hati-hati.

Akibatnya, anggaran keamanan siber rata-rata untuk 2021 hampir tidak berubah untuk perusahaan kecil. Namun, sejak pertengahan 2021, para analis telah mempublikasikan perediksi optimis akan pertumbuhan pasar TI dan keamanan informasi.

Gartner memperkirakan pertumbuhan 8,4 persen dalam pengeluaran TI (TI spending) global secara keseluruhan pada 2021. IDC juga memperkirakan pertumbuhan yang kuat dalam pengeluaran keamanan TI di kawasan seperti Eropa dan Asia Pasifik.

Dampak Finansial Serangan Siber Bisa Ditekan

Selain itu, tren yang diprediksi juga akan terjadi adalah dampak keuangan dari serangan siber di 2022 relatif bisa ditekan. Tingkat kerusakan dan dampak dari serangan siber tidak hanya bergantung pada kompleksitas serangan tetapi juga pada tindakan dan respons dari perusahaan itu sendiri.

Butuh Perlindungan Khusus

Penelitian Kaspersky dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa, dengan terjadinya pandemi, perusahaan telah meningkatkan penggunaan layanan cloud mereka. Pada tahun 2019, 72 persen menggunakan beberapa jenis cloud infrastruktur desktop publik, pribadi, dan virtual (VDI).

Pada 2020-2021, angka ini meningkat menjadi 88 persen. Pergeseran ini mengakibatkan perubahan kebutuhan akan perlindungan infrastruktur misalnya cloud.

Projek keamanan yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya dirancang untuk infrastruktur lokal, yang berarti proyek tersebut mungkin tidak lagi relevan untuk organisasi yang bermigrasi ke cloud. Pelanggan perlu merumuskan persyaratan perlindungan berdasarkan infrastruktur mereka saat ini.

Ini menuntut paket solusi keamanan siber khusus baru, termasuk area spesifik seperti perlindungan kontainer, atau identitas di cloud, dan juga alat untuk mendeteksi dan respons ancaman yang kompleks di lingkungan dengan banyak penggunaan cloud.

Permintaan Makin Kompleks

Tugas IT dan IT security tidak hanya untuk melindungi infrastruktur dari intrusi atau gangguan dari luar tetapi juga untuk membuatnya efektif dan tidak membatasi proses bisnis. Di 2022, diprediksi permintaan akan perlindungan khusus di sektor keamanan siber juga diprediksi meningkat seiring tren adopsi cloud yang juga meningkat.

Pekerjaan jarak jauh dan digitalisasi proses dan produk perusahaan telah membuat pengamanan infrastruktur yang begitu rumit menjadi masalah terbesar kedua bagi perusahaan setelah perlindungan data. Salah satu alasannya adalah semakin kompleks sistem, semakin sulit untuk melacak apa yang terjadi.

Tenaga Terampil Makin Dibutuhkan

Terakhir, yang juga akan menjadi tren di tahun mendatang adalah permintaan tenaga terampil di bidang keamanan siber yang juga makin dibutuhkan. Hal ini jelas, terkait dengan makin canggihnya taktik penjahat siber dalam melancarkan serangan yang pada akhirnya juga memaksa perlindungan yang kuat juga makin dibutuhkan. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: