Dilarang Masuk Ruangan Khusus jika Tak Mau Kesurupan

Dilarang Masuk Ruangan Khusus jika Tak Mau Kesurupan

Radartasik.com - Museum Dokter Mohamad Saleh tak hanya menyimpan sejarah. Bangunan yang menjadi rumah sakit umum daerah (RSUD) pertama di Probolinggo itu juga menyimpan cerita mistis. Ada ruangan khusus yang tak boleh dimasuki siapa pun dengan alasan apa pun.

Bau obat yang menyengat menyapa tim Jawa Pos saat mengunjungi museum tersebut. Bau paling kuat tercium dari ruang kerja dr Mohamad Saleh. Museum yang berada di atas tanah 6.240 meter persegi itu memang terbagi menjadi beberapa ruangan. Ada kamar pasien, ruang tamu, ruang rapat, kamar pribadi, serta ruang kerja dokter Saleh.

Bangunan tua yang berada di Jalan dr Moh. Saleh Nomor 1 itu adalah bekas rumah pribadi dokter Saleh yang lantas difungsikan sebagai rumah sakit. Bentuk bangunan tidak pernah berubah sejak dulu. Bahkan, empat ranjang yang sudah usang juga masih berada di ruang pasien. Lengkap dengan tempat infusnya.

Karena tak lagi dipakai, pada 2013 Pemkab Probolinggo meresmikannya sebagai museum. Karena dokter Saleh dikenal sebagai pencinta pusaka, beberapa peninggalan seperti keris juga dipamerkan. Di ruang tamu, tampak foto-foto dokter Saleh dan keluarganya yang masih terpampang. Begitu juga baju yang digunakan untuk berdinas.

Bulu kuduk tak jarang tiba-tiba berdiri saat berjalan-jalan di museum. Terlebih di beberapa ruangan seperti tempat pasien. Apalagi di depan kamar pribadi dr Saleh. Kamar itu disebut Ruang Peteng. Di dalamnya, terdapat kamar tidur pribadi pria lulusan STOVIA itu. Pengunjung dilarang masuk. Larangan tersebut bukan tanpa alasan. Jika dilanggar, bisa fatal.

Penjaga museum Ahmad Yarianto menyatakan, larangan itu wajib dipatuhi. Dulu pernah ada yang melanggar. Akibatnya, pengunjung tersebut langsung kesurupan. Ruang Peteng memang sakral. Tidak boleh sembarangan masuk. Nama Peteng diambil dari bahasa Jawa, artinya gelap. ''Kamar ini memang selalu gelap,'' ucapnya.

Di ruang tamu, kursi dan meja milik dokter Saleh tertata rapi. Di ruang itulah sering terjadi hal ganjil yang dirasakan Yarianto. Biasanya, ada noni yang berseliweran. Sosok perempuan Belanda itu sering menampakkan diri sedang berjalan atau duduk di kursi. Noni tersebut muncul dengan pakaian putih yang ada noda darahnya karena bagian dadanya tertembak.

Yarianto tidak tahu pasti cerita di balik sosok noni tersebut. Pada awal 2013, kali pertama museum dibuka, sosok Noni tersebut biasanya keluar saat siang. Hal itu sudah dianggap biasa oleh Yarianto. Beberapa warga juga melihat penampakan. Sosok suster kabarnya mendorong ke luar ranjang yang berisi jenazah. ''Dulu katanya saat malam, sekarang sudah enggak lagi,'' tuturnya.

Tak hanya itu, suara tangisan anak kecil juga sering didengar. Kadang juga hampir setiap hari. Bahkan, Yarianto sering dijailin dan dibuat bingung. ''Biasanya pas di ruang pendaringan,'' ucapnya. Kadang-kadang tubuhnya disentuh dari belakang. Sosok makhluk astral kerap muncul diikuti hawa yang berbeda. Yang jelas, Yarianto tidak bercerita ke rekan kerjanya. Khawatirnya, mereka tidak betah dan takut.

Selain terdapat ruang tempat pasien pribumi, ada bagian kamar VIP khusus merawat pasien orang Belanda. Beberapa kabar beredar bahwa noni yang kerap tampak adalah salah seorang pasien yang sempat dirawat di sana. Dia dibawa ke tempat dr Saleh karena tertembak. Sayang, nyawanya tidak bisa tertolong.

Pria yang satu angkatan dengan dr Soetomo itu juga membuat ruangan khusus. Lokasinya berada di lantai 2. Fungsinya, tempat bersembunyi pasukan jika ada tentara Belanda. Selain digunakan sebagai rumah sakit, bangunan tersebut dulunya dipakai untuk melatih pemuda berperang. Sekaligus tempat berkumpulnya pemuda dari berbagai daerah. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: