Berakhirnya Sebuah Era Emas di MotoGP

Berakhirnya Sebuah Era Emas di MotoGP

Radartasik.com — Musim 2021 disebut-sebut sebagai berakhirnya sebuah era di MotoGP. Hal itu ditandai dengan keputusan pensiunnya Valentino Rossi, sang legenda hidup kelas para raja.

Juara dunia sembilan kali di semua kelas grand prix tersebut mengumumkan akhir karinya pada musim 2021 menjelang GP Styria, Austria, Agustus lalu. Rossi pensiun di usia 42 tahun setelah mengarungi karir di grand prix yang membentang selama 26 tahun.

The Doctor --julukan Rossi-- meninggalkan banyak rekor yang bakal sulit dilampaui oleh rider manapun. Dia masih memegang rekor juara dunia terbanyak di semua kelas grand prix, yakni sembilan kali. Sejauh ini, yang paling mendekati rekor Rossi tersebut adalah Marc Marquez (Repsol Honda) dengan 8 gelar.

Khusus untuk juara di kelas premium, Rossi juga masih memegang rekor gelar juara terbanyak. Yakni tujuh kali. Sedangkan Marquez yang terdekat enam kali.

Memang ada rider yang punya rekor melebihi Rossi, yaitu Giacomo Agostini dengan 13 gelar. Namun itu tidak terjadi di era grand prix modern. Karena pada era Agostini, seorang rider bisa turun membalap di lebih dari satu kategori.

Ketika pensiun, Rossi mencatat rekor start di kelas premium 372 kali, merengkuh 89 kemenangan, 199 podium, 55 pole position, dan 5415 poin.

Rossi juga menjuarai MotoGP dengan dua pabrikan yang berbeda, yaitu Honda dan Yamaha. Dia juga menjadi rider terakhir yang mampu menjuarai kelas utama grand prix bersama tim satelit, buka tim pabrikan.

Gelar tersebut diraihnya di musim debutnya di kelas 500 cc (cikal bakal MotoGP) saat membela tim Nastro Azzuro Honda dengan mengendarai NSR 500.

Pada musim itulah sebuah era dimulai. Sejak Rossi memilih liveri bernuansa kuning pada Honda NSR 500-nya, sejak saat itu pula kuning menjadi warna tidak resmi MotoGP.


Fans Valentino Rossi bersorak dari stand penonton Sirkuit Ricardo Tormo di Cheste, (14/11). (JOSE JORDAN/AFP)

Sejak saat itu, sirkuit-sirkuit yang disambangi sirkuit MotoGP selalu dihadiri penonton yang mengenakan atribut serba kuning.

Nama Rossi menjadi magnet superkuat untuk menarik penonton datang langsung ke sirkuit untuk menyaksikan balapan. MotoGP pun mengakui bahwa sosok pembalap kelahiran Tavulia, Italia, ini adalah salah satu faktor terbesar terkereknya popularitas MotoGP.

Gaya balapnya yang agresif namun tetap clean, dipadu dengan aksi-aksinya yang menghibur membuat sosok Rossi begitu dicintai penggemarnya.

Rossi yang juga dikenal dekat dan hangat dengan fans, juga menumbuhkan basis penggemar loyal di penjuru dunia. Tak ayal jika di setiap sirkuit yang disambangi balapan MotoGP, grand stand khusus fans Rossi pasti penuh.

Loyalitas itu juga terbangun dari cara Rossi memanajemen konfliknya dengan para rival dari era ke era. Mulai dari Max Biaggi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, hingga yang paling muda, Marc Marquez.

Musim depan, adalah tahun pertama MotoGP tanpa kehadiran Rossi di grid. Banyak kalangan memprediksi secara bisnis Rossi akan membawa dampak pemasukan bagi MotoGP.

Semisal dari penjualan tiket dan merchandise. Namun prediksi tersebut bisa benar bisa salah. Yang pasti, untuk urusan keseruan balapan, MotoGP tidak akan kehilangan apapun. Karena rider-rider muda yang kini berada di level top, sudah membuktikan bahwa pertarungan mereka di sirkuit selalu menyajikan hasil yang sulit ditebak.

Rossi juga menyatakan akan tetap hadir di beberapa balap musim depan karena dia harus tetap memantau perkembangan tim balapnya sendiri VR46 yang bakal tampil di kelas Moto GP dan Moto2. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: