MotoGP 2021 Musimnya Transformasi Fase Kedua di Kelas Para Raja

MotoGP 2021 Musimnya Transformasi Fase Kedua di Kelas Para Raja

Radartasik.com — Pertanyaan yang sering muncul di kalangan fans MotoGP dalam beberapa musim terakhir adalah: bagaimana jika kelas para raja ini ditinggalkan dua ikon terbesarnya: Valentino Rossi dan Marc Marquez? Dua ikon terbesar kelas para raja dalam dua dekade terakhir.

Nah, pertanyaan itu sudah mulai terjawab dalam dua musim terakhir (2020-2021). Absennya Marquez akibat cedera dan Rossi yang menjadi langganan papan bawah membuka keran lahirnya bintang-bintang muda dengan performa moncer.

Yang paling menonjol di antaranya Fabio Quartararo, Joan Mir, Francesco Bagnaia, dan Jorge Martin. Semua rider muda tersebut sudah berhasil mencecap manisnya podium tertinggi MotoGP.

Bahkan, dua di antaranya telah menabalkan dirinya sebagai juara dunia baru balapan motor paling populer sejagad itu. Mereka adalah Mir (2020) dan Quartararo (2021).

Akhir tahun ini, Rossi mengucapkan selamat tinggal kepada MotoGP. Sedangkan Marquez, yang tahun lalu absen di hampir semua seri (akibat kecelakaan di seri pertama), kembali dirundung cedera pada fase akhir musim 2021.

Tahun ini, statistik menunjukkan bahwa Marquez belum menemukan kembali performa terbaiknya setelah kembali dari cedera.

Juara dunia 8 kali tersebut baru membalap lagi di GP Portugal setelah absen di dua balapan pembuka. Memang dia masih sukses mengamankan tiga kemenangan seri.
Namun itu terjadi di sirkuit-sirkuit yang memang pas dengan gaya balapnya (anti-clockwise track) seperti Sachsenring dan Austin. Satu kemenangan lagi diraihnya di Sirkuit Marco Simonchelli.

Tiga kemenangan itu terjadi di tengah empat kali retired. Juga absen di empat balapan (masing-masing 2 balapan pembuka dan penutup).

Padahal Honda sangat butuh bantuan Marquez untuk mengembangkan RC213V agar kembali menjadi motor jawara.

Kembalinya Marquez ke podium tertinggi pun sudah membawa angin segar kepada Honda. Kemenangan ke-11 Marquez secara beruntun di Sachsenring itu memungkasi puasa kemenangan terlama yang pernah dialami Honda di kelas premium sejak 1982, yakni 581 hari.

Sayangnya, belum juga performanya kembali, Marquez lagi-lagi dihantam cedera. Kecelakaan saat berlatih dengan motor enduro berakibat pada kambuhnya cedera pada matanya.

Marquez mengalami diplopia (pandangan ganda) karena rusaknya syaraf mata akibat gegar otak ringan yang dialaminya. Cedera ini sudah pernah diderita Marquez pada 2011 lalu di Sepang, Malaysia.

Honda menyatakan proses pemulihan berjalan sesuai keinginan dan Marquez tetap bisa melakukan latihan fisik untuk menyiapkan dirinya untuk kembali musim depan.

Dari sisi keseruan balapan, tanpa kehadiran Marquez dan Rossi di barisan terdepan, MotoGP tetap menarik ditonton. Bahkan, masih sangat layak dinikmati.

Persaingan menjadi sangat cair, jika kata “liar” dianggap berlebihan. Karena balapan menjadi lebih susah diprediksi. Bahkan, dua tahun terakhir, lahir dua juara dunia baru.

Rookie-rookie, seperti Jorge Martin dan Enea Bastianini mampu bersaing berebut podium, atau bahkan kemenangan, dengan rider-rider lebih berpengalaman.

Maka, musim 2021 menjadi gambaran menarik bahwa masa depan MotoGP akan tetap bersinar, meski diisi rider-rider baru.

Bagnaia yang tampil konsisten di musim debutnya bersama tim pabrikan Ducati tahun, terutama pada paro kedua musim ini, ikut memberikan asa bahwa ada sosok pengganti Rossi dari Italia.

Dia memenangi 4 balapan dan dua podium di paro kedua musim. Agak terlambat memang, karena keunggulan Quartararo sudah terlalu jauh.

Namun musim 2021 adalah pondasi kuat bagi Bagnaia untuk melaju di musim depan. Sosoknya dikenal mau belajar dari pembalap lain juga jadi modal hebat untuk terus berkembang.

Tinggal mengasah instingnya untuk memilih setingan motor dan ban yang pas untuk setiap balapan, maka Bagnaia akan sulit ditaklukkan. (jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: