Polisi Tahan Oknum Guru yang Diduga Cabuli 3 Santri di Bantarkalong

Polisi Tahan Oknum Guru yang Diduga Cabuli 3 Santri di Bantarkalong

Radartasik.com, KABUPATEN TASIKMALAYA — Polres Tasikmalaya akhirnya menetapkan seorang oknum guru berinisial AS (48) sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencabulan terhadap tiga santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya.

Selain menetapkan tersangka, polres pun menangkap lalu menahan AS. Kapolres Tasikmalaya AKBP Rimsyahtono mengatakan penangkapan AS dilakukan setelah menerima laporan dari tiga keluarga korban yang didampingi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya.

”Selama melakukan pemanggilan pada korban dugaan pencabulan tersebut, hanya ada tiga orang yang memenuhi pemberkasan dan yang lainnya (diduga enam korban lainnya, red) itu masih penyelidikan,” kata kapolres kepada wartawan.

”Karena, dari tiga korban itu ditemukan barang bukti berupa percakapan dari tiga buah hape, pakaian dalam, selimut dan pakaian lainnya,” sambung dia.

Kapolres menerangkan kasus dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oknum pengajar tersebut sudah berlangsung lebih dari lima tahun dan para korban mengalami trauma.

”Yang pasti aksinya dilakukan sejak lima tahun lalu berdasarkan laporan serta bukti lengkap dari tiga korbannya. Ketiga korbannya masih di bawah umur. Pelaku profesinya memang pengajar,” tambah dia.

Atas perbuatan tersebut, menurut kapolres, tersangka sekarang sudah ditahan dan dijerat Pasal 82 Undang-Undang RI Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto menuturkan hasil penelusuran yang dilakukannya selama ini ada sembilan orang santri di bawah umur yang diduga dicabuli oknum guru tersebut. Tetapi yang memenuhi panggilan polisi hanya tiga orang.

”Pencabulan yang dilakukan oknum guru itu diketahui pelakunya sebagai pengajar di ponpes. Motifnya hampir sama dengan kasus (guru ngaji, red) di Cibiru, Kota Bandung, yang menimpa 13 santri berumur 14 tahun hingga 17 tahun,” tuturnya. (Rezza Rizaldi / Radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: