STMIK DCI Kota Tasik Teken MoU dengan Perpustakaan Nasional RI

STMIK DCI Kota Tasik Teken MoU dengan Perpustakaan Nasional RI

radartasik.com, TASIK - Literasi menjadi faktor esensial dalam upaya membangun masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif dan berkarakter. Literasi yang kuat mampu mendorong manusia pada kegiatan produktif yang memberi manfaat sosial, ekonomi dan kesejahteraan.


Hal itu diungkapkan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando saat seminar Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Aula Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) DCI Kota Tasikmalaya Jalan Sutisna Senjaya 158 Kota Tasikmalaya, Sabtu (4/12/2021).

Seminar bertema Penguatan Peran Sisi Hulu Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat ini dihadiri pula oleh Ketua STIMIK DCI Kota Tasikmalaya Aneu Yulianeu ST SE MM, Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah SE MM dan pegiat literasi Nero Taopik Abdillah.

Acara diikuti ribuan peserta secara langsung dan virtual mulai dari kalangan mahasiswa, pelajar, guru, pustakawan, pegiat literasi, lurah, kepala OPD dan lain-lain.

Muhammad Syarif Bando mengatakan, dalam meningkatkan literasi di Indonesia pihaknya mendorong perpusatakaan out of the box, keluar dari kantornya, sebagai kantor birokrasi turun ke civitas akademika. Seperti saat ini menggelar seminar di perguruan tinggi STMIK DCI Kota Tasikmalaya.

“Kegiatan ini ingin mengubah paradigma perguruan tinggi khususnya untuk mengimplementasikan program Kampus Merdeka Merdeka Belajar,” ujarnya.

Pihaknya mendorong kesadaran civitas akademika untuk memanfaatkan ruang belajar terbuka yakni perpustakaan. Karena seperti yang dikatakan Thomas Alva Edison, 90 persen wawasan didapatkan dari buku dan lingkungan.

“Lewat literasi mengubah paradigma peserta didik dan mahasiswa untuk berpikir menciptakan lapangan pekerja. Karena harus ada gerakan bersama mendorong orang untuk maju,” katanya.

Ia mengatakan, literasi jangan dipahami sekedar kemampuan mengenal huruf, kata, kalimat dan kemampuan berdiskusi saja. “Kalau itu parameternya Indonesia sudah selesai, karena tinggal 3 persen lagi masyarakat yang buta huruf,” katanya.

Tapi literasi dimaksudkan sebagai kemampuan menciptakan barang dan jasa bermutu yang dipakai dalam kompetisi global. Hal ini sesuai dengan tujuan Presiden untuk membangun SDM unggul.

“SDM unggul ini orang yang mampu memberikan jawaban dan penyelesaian yang tepat atas tantangan yang terbentang di hadapannya, prasyaratnya memiliki ilmu pengetahuan, memiliki kacakapan, memiliki skill untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, meningkatkan income perkapita dan menambah devisa negara,” ujarnya.

Lanjutnya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah merumuskan sasaran strategis untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat sebagai bagian terpenting dalam penguatan budaya literasi.

Literasi dibangun secara integratif, holistik, tematik dan partisipatif seluruh pemangku kepentingan bangsa baik dari sisi hulu dan hilir dengan integrasi penyediaan akses bahan bacaan baik oleh pemerintah, pihak swasta, penulis, penerbit, regulasi, pengganggaran dan distribusi buku .

Ketua STMIK DCI Kota Tasikmalaya Aneu Yulianeu ST SE MM mengatakan, kampusnya konsisten dalam mengembangkan literasi. Pihaknya mewajibkan mahasiswa mempublikasikan jurnalnya, bahkan setiap studi kasus atau tugas akhir harus dipublikasikan, itu sudah dilaksanakan sejak 3 tahun lalu.

“Kami juga memberikan insentif kepada dosen untuk menulis di jurnal nasional maupun internasional, menulis buku untuk mendorong kemampuan mereka. Ini kolerasinya meningkatkan jabatan fungsional” katanya.

Selain itu STMIK DCI juga konsisten mendidik para wirausaha muda baru. Jadi mahasiswa dididik untuk berwirausaha, tidak hanya menunggu lapangan pekerjaan.

“Sesuai tagline kami yakni entrepreneurship, maka STMIK DCI menA­cetak seorang wirausaha,” katanya. Ia berharap dengan adanya seminar literasi ini menjadi pemacu perguruan tinggi lain untuk mempublikasikan karya-karyanya seperti yang sudah dilakukan civitas akademika STIMIK DCI Kota Tasikmalaya.

“Selain itu melalui penguatan sisi hulu dan hilir budaya baca dan indeks literasi masyarakat diharapkan akan memperkuat ekosistem budaya baca dan literasi Indonesia sehingga indeks kegemaran membaca dan literasi Indonesia meningkat,” katanya.

Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah SE MM mengatakan, masyarakat kali ini harus mampu berpikir lebih utuh, bisa komprehensif dalam melihat sesuatu. Artinya, Literasi jangan dilihat sekadar satu sisi, tapi kemampuan seseorang membaca secara utuh di lingkungannya.

“Literasi ini untuk masyarakat umum, bukan hanya untuk pelajar atau mahasiswa. Maka kami pun mendorong perpustakaan nasional untuk punya koleksi buku yang lebih menarik,” katanya.

Pihaknya setiap tahun mendorong perpustakaan menambah koleksi bukunya. Karena saat ini 1 buku diperebutkan oleh 90 orang. “Kami mendorong jumlah judul dan jumlah koleksi untuk semua lapisan masyarakat,” katanya.

Lanjutnya, untuk memperkuat ekosistem liteA­rasi dan meningkatkan pemA­berA­A­dayaan perpustakaan, perlu adaA­A­nya dukungan dari berbagai piA­hak, khususnya stakeholder di biA­dang perpustakaan serta pemeA­rinA­tah daerah yang nantinya dapat memA­A­A­berikan dampak besar bagi peA­ngemA­A­bangan perpustakaan di daerah.

“Selain itu, antusias dan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan perpustakaan juga menjadi hal yang sangat penting dalam menciptakan ekosistem literasi di masyarakat. Masyarakat yang memberdayakan perpustakaan dengan maksimal diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan kreativitas, keterampilan, inovasi, serta produktivitas,” katanya. (na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: