Jelang Muktamar ke-34, Keluarga Pendiri NU Imbau Nahdliyin Tidak Sampai Terpecah

Jelang Muktamar ke-34, Keluarga Pendiri NU Imbau Nahdliyin Tidak Sampai Terpecah

Radartasik.com, JOMBANG — Tarik ulur terkait pelaksanaan Muktamar Ke-34 NU semakin menunjukkan banyak dinamika di kalangan warga nahdliyin. Dinamisnya isu jelang pelaksanaan muktamar tersebut membuat para keluarga keturunan pendiri alias Dzurriyah Muassis Nahdlatul Ulama (NU) ikut “turun gunung” dan melakukan urun rembuk.

Urun rembuk itu berlangsung di rumah pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, pada Kamis (02/12/2021) malam. Masing-masing wakil keluarga pendiri NU yang hadir ikut membantu meredakan ketegangan di internal NU, terutama di kalangan pengurus PBNU. Apalagi ketegangan saat ini dinilai bisa menjurus ke arah perpecahan.
 
KH Fahmi Amrullah Hadziq (Dzurriyah KH Hasyim Asy'ari) selaku tuan rumah menyebut, masing-masing perwakilan datang atas inisiatif sendiri untuk membahas dinamika yang terjadi jelang Muktamar NU.

 “Pertemuan itu tidak ada yang mengatur dan tidak ada yang membiayai. Semua didasari oleh keprihatinan atas kondisi PBNU akhir-akhir ini,” ungkap Gus Fahmi—sapaan KH Fahmi Amrullah Hadziq.

Selain KH Fahmi Amrullah Hadziq (Dzurriyah KH Hasyim Asy'ari), pertemuan itu dihadiri pula oleh KH Sholahudin atau Gus Udin (Dzurriyah KH. Ridwan Abdullah), KH Wahab Yahya atau Gus Wahab (Dzurriyah KH. Wahab Chasbullah), KH. Hasyim Nasir atau Lora Hasyim (Dzurriyah Syaikhona Kholil), KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin (Pengasuh Ponpes Tebu Ireng), dan Gus Mahasin (kakak Kandung Gus Baha).

Lebih jauh Gus Fahmi menyebut bahwa hasil dari diskusi pertemuan itu, para Dzurriyah Muassis NU yang hadir menyepakati tiga imbauan dan ajakan bagi seluruh jam'iyyah NU.

Pertama, mengingatkan bahwa niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan). “Maka kita berharap kepada para pengurus, hendaknya menjaga ukhuwah ini,” ujar Gus Fahmi.

“Jangan sampai kemudian apa yang disampaikan oleh Hadratus Syaikh, pesan beliau janganlah perbedaan itu menyebabkan perpecahan. Maka ini harus kita pegang, para pengurus terutama hendaknya memegang dawuh (amanat) ini,” tambah dia.

Kedua, mengimbau agar hendaknya semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun. “Tidak mengeluarkan keputusan sendiri-sendiri. Karena bagaimana pun juga pengurus itu bukan personal tetapi kolektif kolegial. Jadi, hendaknya keputusan itu diambil secara bersama-sama musyawarah untuk mufakat,” tegas Gus Fahmi.

Menurut dia, Dzurriyah Muassis NU berharap kepada semua pihak untuk menahan diri dan tidak melakukan aksi dukung mendukung terhadap salah satu pihak. “Apa yang dilakukan oleh kiai-kiai ini memberikan dukungan kepada salah satu pihak akan berpotensi menyebabkan perpecahan. Sebaiknya masing-masing bisa menahan diri.”

Dia menyarankan, jika ingin mendukung sebaiknya tidak perlu dipublikasikan dan tidak diumumkan ke publik. Sebab, hal itu berpotensi memecah belah.

Terakhir, dia mengajak agar menjaga suasana tetap sejuk, tetap damai, sehingga semua yang dicita-citakan dapat tercapai.

KH Abdul Wahab Yahya yang juga merupakan Majlis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum menyampaikan keprihatinannya atas dinamika yang terjadi menjelang muktamar. Menurut dia, dinamika itu berpotensi memicu perpecahan di antara Nahdliyin. Perpecahan itu akibat polarisasi dari dukung mendukung.

Dia berharap para nahdliyin bersama-sama sama mengikhtiarkan tercapainya perdamaian dan persatuan kembali dalam keluarga besar Nahdlatul Ulama.(jpg/jawapos/rdr/mud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: