Pengungsi Afghanistan Bakar Diri di depan Kantor UNHCR Berakhir Tragis

Pengungsi Afghanistan Bakar Diri di depan Kantor UNHCR Berakhir Tragis

Radartasik.com, MEDAN — Ahmadsyah, seorang pengungsi asal Afghanistan di Medan Provinsi Sumatera Utara, nekat melakukan aksi bakar diri.

Pemuda 22 tahun itu melakukan aksinya di depan Kantor UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), di gedung Forum Nine, Jalan Imam Bonjol Medan, Selasa (30/11/2021) sekitar pukul 10.00 WIB.

Perwakilan pengungsi Afganistan Muhammad Juma mengatakan korban saat ini masih mendapat perawatan di Rumah Sakit Siloam yang berada tepat di depan gedung tersebut. 

Korban mengalami luka bakar di bagian muka, tangan dan dada. Api yang membakar Ahmadsyah membuat tubuh korban terkelupas.

”Muka terbakar, tangan kiri, dan tangan kanannya sangat parah, badannya terkelupas,” kata Juma, Selasa (30/11/2021).

Dia menceritakan kejadian itu bermula saat korban tiba-tiba datang ke depan pintu gedung tersebut. Saat itu, korban ternyata telah melumuri badannya dengan minyak dan memegang dua buah korek api.

Aksi itu pun sontak dihalau oleh temannya sesama pengungsi, tetapi gagal. Api yang berasal dari korek yang dipegangnya langsung menyambar tubuh korban. 

Korban sempat berlari-lari di depan gedung tersebut karena merasa kesakitan.

Tak lama, seorang sekuriti membawa tabung pemadam kebakaran dan langsung menyemprotkannya ke tubuh Ahmadsyah.

Setelah api yang membakar tubuh korban padam, dia pun langsung dibawa ke Rumah Sakit Siloam.

Juma menjelaskan aksi bunuh diri yang dilakukan oleh pengungsi Afghanistan bukan kali pertamanya terjadi. 

Dia menduga aksi itu dilakukan karena stres yang dialami oleh pengungsi yang tak kunjung pasti kejelasan nasibnya.

”Ini karena stres, depresi hidup lama di Indonesia dan mengalami hidup ketidakjelasan selama bertahun-tahun,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dia meminta agar Pemerintah Indonesia bisa membantu mencarikan solusi bagi para pengungsi.

”Kami minta tolong sama IOM (International Organization for Migration) dan organisasi Internasional untuk mencari solusi yang terbaik bagi kami. Dunia sudah tahu negara kami tidak aman,” sebutnya.


Perwakilan pengungsi Afganistan Muhammad Juma memberikan keterangan terkait aksi membakar diri yang dilakukan Ahmadsyah, Selasa (30/11/2021). Foto: Finta Rahyuni / JPNN.com

KUPANG

Sementara itu, untuk menghindari kesalahpahaman dengan para imigran, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Josef Nae Soi meminta IOM Indonesia lebih proaktif menjalin komunikasi dengan imigran asal Afghanistan di Kota Kupang.

Permintaan tersebut dilontarkan wagub saat menerima audiensi IOM terkait penanganan para imigran Afghanistan yang saat ini tinggal di beberapa hotel di Kota Kupang.

”Beri penjelasan yang terang kepada mereka terutama tentang aturan dan kemungkinan proses pemindahan mereka ke negara ketiga yang bersedia menampungnya,” kata Wagub Josef.

Wagub mengatakan, dari dialog dan aspirasi yang disampaikan para imigran, sebagian imigran ingin pindah dari Kupang ke Tangerang, Banten. Tujuannya agar segera bisa pindah ke negara ketiga.

”Apakah bisa mereka dipindahkan ke Tangerang? Mungkin perlu disampaikan oleh IOM secara jelas kepada mereka tentang hal ini,” beber dia.

Sebelumnya, para imigran tersebut beberapa kali menggelar unjuk rasa untuk meminta agar dipindahkan ke negara ketiga.

Sementara itu, Kepala Misi IOM Indonesia Louis Hoffman menyatakan terima kasih kepada Wagub Josef yang memfasilitasi pertemuan dengan para pengungsi asal Afganistan yang berdemonstrasi beberapa waktu lalu.

Terkait permintaan para pengungsi untuk berpindah dari Kupang ke Tangerang karena mereka ingin segera pindah ke negara ketiga, menurut dia, proses pemindahan dan penempatan ke negara ketiga tidak semudah yang dibayangkan.

Pasalnya, jumlah pengungsi di seluruh dunia saat ini mencapai sekitar 125 juta orang. Sementara kuota yang diberikan oleh negara ketiga hanya 100 ribu orang.

Selain itu, kata dia, mandat untuk memindahkan pengungsi ke negara ketiga adalah menjadi kewenangan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).

”Karena itu, kami akan terus membangun koordinasi dengan UNHCR agar bisa memberikan informasi kepada pengungsi tentang hal ini,” pungkasnya. (ant/lia/JPNN)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: