Anugerah Budaya Kota Tasikmalaya: Menghargai Sebuah Nilai

Anugerah Budaya Kota Tasikmalaya: Menghargai Sebuah Nilai

Radartasik.com, KOTA TASIK — Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya menganugerahkan penghargaan kepada Hj Momoh Patimah (sinden/juru kawih) dan Bambang Aryana Sambas (teaterawan/dramawan).

.
Penghargaan untuk pegiat seni dan budaya senior itu diserahkan Wali Kota Tasikmalaya H Muhammad Yusuf pada malam Anugerah Budaya Kota Tasikmalaya 2021 di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya (GKKT), Sabtu (20/11/2021).

Keduanya dipandang telah berjasa dan konsisten dalam menghidupkan iklim kreativitas dalam bidang seni dan budaya di Tasikmalaya, khususnya Kota  Tasikmalaya.

Penetapan penerima Anugerah Budaya Kota Tasikmalaya 2021 dilakukan Tim Penilai yang dibentuk Disbudparpora Kota Tasikmalaya melalui Surat Keputusan (SK) Kadispora Kota Tasikmalaya tentang Pembentukan Tim Penilai Anugerah Budaya Kota Tasikmalaya Tahun 2021.

Wali kota menyatakan Anugerah Budaya yang digagas DKKT bersama pemerintah memberikan apresiasi kepada para budayawan dan seniman yang punya prestasi zaman dulu, serta tidak tercatat dalam sejarah. ”Mereka adalah Ceu Momoh dan Pak Bambang,” ujar Yusuf kepada radartasik.com, Minggu (21/11/2021).

Khususnya untuk Hj Momoh Patimah, bagi Yusuf memiliki kenangan tersendiri. Karena, semasa kecil dirinya mengenal sosok dan kiprahnya di dunia seni.

”Ceu Momoh ini bukan orang lain. Keluarga besar saya. Karena dulu mereka tinggal di tempat ayah saya. Beliau jadi pesinden. Kemudian adiknya Ceu Enay jadi pegawai Bapemin (Bank Pensiunan Militer) sekarang BTPN,” terangnya.

”Tempatnya di rumah ayah saya dulu di Tawangsari. Jadi, semua ada di sana. Ceu Momoh ini salah satu budayawan yang sering bareng ayah saya kalau melakukan kunjungan dengan gamelannya Wirahmahsari, disebutkan di dalam bukunya itu ada,” sambungnya.

Hanya saja, beber dia, salah menyebut kalau ayahnya adalah dalang. Tetapi, pensiunan TNI yang senang terhadap seni. Sehingga punya gamelan namanya Wirahmahsari. 

”Sindennya Ceu Momoh, Ceu Titing lalu ada sinden dari Cisaga, Banjar, termasuk Titin Fatimah dan ada satu lagi saya lupa namanya. Dia sinden senior juga,” kenang dia.

Yusuf pun bercerita saat kecil sering ikut manggung bareng ayahnya. Seperti ke Majalengka untuk ngawayang. Yusuf kecil pun kalau ikut mentas sering tidur di peti wayang.

”Akhirnya, mereka terus masing-masing berkiprah di kebudayaan. Jadi setelah gamelan itu tak ada. Entah gimana ceritanya karena saya sudah ke Ambon, dan ayah saya sudah tak berkecimpung di kesenian kala itu,” katanya.

Tambah Yusuf, ayahnya masuk ke perkumpulan Cihideung dengan seni dan budaya ini. Mereka dibawa untuk mencintai seni. Antara lain dengan seni pedalangan, wayang golek, kliningan dan lain sebagainya.

Yusuf pun mengaku terharu saat menyaksikan penampilan para budayawan ini di panggung Anugerah Budaya.

”Ceu Momoh saat tampil membuat saya terharu sekali. Berapa puluh tahun saya tak pernah ketemu dengannya. Tapi ,dia sudah seperti saudara dengan saya,” paparnya.

Yusuf pun mengaku salut dengan DKKT yang menggali seniman zaman dulu yang tidak pernah masuk dalam sejarah sekarang dibuka lagi oleh mereka.

Sementara itu Ketua DKKT Bode Riswandi menuturkan kriteria penerima anugerah ini. Menurut dia, sekitar empat bulan, Tim Penilai menggodok siapa yang berhak mendapat anugerah tersebut.

”Mereka diobservasi, diinvestigasi dan didata tentang kiprah serta keterlibatannya, kekaryaannya di seni budaya Kota Tasikmalaya. Lalu gimana kiprahnya ke generasi. Bagaimana jejak karyanya dari masa awal sampai masa kini. Ada karya fenomenal tidak. Lalu ada tidak generasinya hingga kini. Itu beberapa kriterianya,” tuturnya.

Pemberian anugerah ini, kata Bode, semacam membuka harta karun yang dimiliki Kota Tasikmalaya yang tidak sempat terdokumentasikan. (Rezza Rizaldi / Radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: