Ada Al-Qur'an dari Daun Lontar Berusia Ratusan Tahun dan Benda Pusaka di Jurlapqu Taraju, Ini Pengakuan Sang Inovator..

Ada Al-Qur'an dari Daun Lontar Berusia Ratusan Tahun dan Benda Pusaka di Jurlapqu Taraju, Ini Pengakuan Sang Inovator..

radartasik.com TARAJU - Inovator pembuat Kawasan Wisata Jurlapqu yang berlokasi di Kampung Sawah Baru Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya, menerima amanat berupa Al-Qur'an yang terbuat dari daun lontar pemberian dari Ratu Saadong VII dari Kelantan Malaysia.


"Al-Qur'an ini diamanahkan kepada saya oleh Ratu Saadong VII, yang Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali di Jakarta pada 1 Oktober 2021 lalu," ujar Nur Iswandy, Inovator Wisata Jurlapqu kepada Radar," Rabu (13/10/21).

Nur Iswandy menjelaskan, Al-Qur'an diyakini terbuat dari daun lontar, juga digunakan sebagai alat komunikasi di masa lalu. 

Daun lontar adalah daun kering dari pohon siwalan. Daun lontar juga digunakan untuk menulis naskah dan kerajinan.

Bertepatan dengan peresmian Museum Pusaka Sri Ratu Saadong VII di Tanah Copo, Taraju Kabupaten Tasikmalaya.

Al Quran ini dipercayakan kepada Pak Nur Iswandy sebagai penjaga Jurlapqu atas nama perjanjian Prasasti dan dinasti telah kembali ke tempat yang seharusnya.

Kata dia, Al-Quran tersebut bahannya terbuat dari daun lontar. Ayat suci al-Qur'an ditulis diatas daun lontar bukan menggunakan tinta dengan metode takik. 

Diperkirakan sudah ada sejak tahun 1212 di sekitar Samudera Hindia.

Al-Quran lengkap 30 juz ini membuktikan i'tikad, kegigihan dan ketekunan belajar dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

Sangat terjaga dengan sempurna, setiap tulisan ayat Al-Qur'an masih bisa dibaca meskipun berusia rarusan tahun.

"Ini membuktikan kekuasaan Allah SWT dan menjadi saksi kepada umat islam agar lebih bertaqwa dan beramal soleh.
Al-Qur'an ini ditempatkan di museum Pusaka Sri Ratu Saadong VII, bertempat di Wisata Jurlapqu Tanah Copo Taraju Tasikmalaya," kata dia menjelaskan.

Iswandy menceritakan, di bawah pemerintahan Dinasti Samaniyah Khurasan (862—999), Dinasti Seljuk Turki (1037—1194), dan kemudian Dinasti Shah Khawarazmi (1212—1220), Samarkand terus berkembang menjadi kota yang berkembang. 

Namun, peradaban besar yang telah dibangun selama berabad-abad di kota ini segera runtuh ketika pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jenghis Khan menyerbu Samarkand pada tahun 1220. 

Salah satu Dinasti Khawarazmi, Sultan Alaudin melarikan diri ke Samudra Hindia dan kemudian melahirkan cucu yang diwarisi dari ibunya yang keturunan Sunda, Jawa, Bali, Sulawesi khususnya.

Dalam perjalanan Sri Ratu Saadong VII ke Samudera Hindia pada bulan maulid, 2017 di barat dan selatan Indonesia, seorang Wali Allah (tanpa nama) berpakaian serba putih muncul dari laut.

"Lalu sosok tersebut menyerahkan Alkitab ini kepadanya untuk tujuan mendamaikan semua umat beragama dan dilestarikan dalam sebuah museum pusaka yang kebetulan berada di Tanah Sunda," ucapnya.

Sementara itu, tokoh Desa Purwarahayu, Iwan Cahyadi mengungkapkan, terkait barang-barang pusaka yang sekarang ada di museum Jurlapqu, itu semuanya asli dari Tanah Copo.

"Termasuk Mahkota dan Al-Qur'an, serta barang pusaka lainnya. Sekarang kembali ke Jurlapqu, itu kata orang tua dulu sudah waktunya pulang kembali. Bahwa semua pusaka kembali ke asalnya," kata Iwan. 

Lanjut dia, yang paling utama di Tanah Copo itu adalah Cupu Manik Astagina. 

Dimana dahulunya digunakan sebagai senjata Syekh H Sakti yang di Patilasan di Kaputihan untuk menaklukan kekuatan para raja hindu yang ada di Tanah Copo. 

Semua pusaka diamanatkan ke Jurlapqu, alasannya ketika para pewaris sejarah dari Banten yang sempat datang ke Tanah Copo melihat pertanda atau isyarat yang memang selayaknya mengemban amanak pusaka. 

"Walaupun dia lahir di Malaysia dan berdarah Malayasia, tapi dia masih keturunan leluhur Tanah Copo," kata dia. (radika robi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: