Patut Ditiru, Para Pemuda Ini Kumpulkan Sampah Jadi Uang untuk Sedekah

Patut Ditiru, Para Pemuda Ini Kumpulkan  Sampah Jadi Uang untuk Sedekah

Radartasik.com, SUMEDANG — Sekelompok pemuda di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang mencoba melakukan inovasi untuk bersedekah.  Caranya dengan mengumpulkan sampah dan rongsokan yang tidak terpakai kemudian dijual, lalu hasilnya diberikan kepada warga yang tidak mampu.

“Dengan cara mengumpulkan sampah ke rumah-rumah penduduk, menjemput, dan menjualnya kembali ke bos rongsok,” kata Pembina Organisasi Gerakan Pemuda Peduli Alam (Gempa) Dekki Ismailudin di kediamannya, Minggu (3/10).
 
“Hasil penjualan sampah bekas ini kemudian disedekahkan ke warga tidak mampu,” tambahnya.

Dekki berujar, melalui Gempa dan Volunteer (pendukung Gempa), aksi sedekah sampah ini akan rutin dilakukan dan menjadi agenda kerja Gempa bersama Volunteer.

Para pemuda Cihanjuang yang dimotori oleh Dekki ini mampu menyentuh hati para manula, janda tua, dan orang yang membutuhkan secara ekonomi di desanya.

“Meski sedikit, tapi minimal bermanfaat bagi orang banyak. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui,” pungkas Dekki.

Diketahui, program sedekah sampah ini baru berjalan selama satu bulan. Ucap Dekki, jika dikalkulasikan selama berjalannya gerakan mengumpulkan sampah itu kini sudah ada sebanyak 208,1 kilo gram.

Dekki melanjutkan, dari hasil sampah yang sudah dikumpulkan tersebut apabila diuangkan senilai Rp 707 ribu rupiah. “Uang itu dibelanjakan lagi paket sembako, dan terkumpul 20 paket sembako,” paparnya.

Dekki mengaku, dia bercita-cita membeli mobil ambulans untuk kendaraan operasional warga yang sakit, sehingga lima persen keuntungan akan disisihkan untuk membeli ambulans.

“25 persen untuk operasional Volunteer dan 70 persen keuntungan disumbangkan kembali ke warga tidak mampu,” imbuh Dekki.

Dalam pemaparannya, Dekki berharap, hasil penjualan sampahnya dapat semakin besar, agar sumbangan kepada masyarakat dapat dirasakan banyak warga.

“Gak hanya warga Desa Cihanjuang, tapi bisa se Kecamatan Cimanggung. Ya kita mandiri, hasil kerja keras sendiri, kemudian dibagikan lagi ke masyarakat,” ujarnya.

 “Volunteer juga tidak digaji, hanya sukarelawan. Sebetulnya, ini kewajiban pemerintah, memberi dan mengayomi warga yang tidak mampu. Namun, kami bosan menjadi pengemis ke pemerintah, lebih baik berdikari sendiri, meski kecil tapi puas,” tambah Dekki.

Diketahui, pria lulusan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini sudah puluhan tahun merintis Gempa. Tujuan awalnya mulia, ingin menyelamatkan alam dari kerusakan. Namun seiring berjalan waktu, Dekki menyampaikan, sosial pun tak bisa ditinggalkan.

Banyak jalan menuju Roma. Tak ada rotan, akar pun jadi. Begitulah ungkapan yang tepat untuk gerakan para pemuda Desa Cihanjuang melalui Gempa dan Volunteer.

Mereka peduli alam dan sosial, ingin sedekah, namun minim anggaran. Bahkan mereka tak punya anggaran khusus dari pemerintah.

Akan tetapi hal itu tak jadi halangan bagi Gempa bersama Volunteer dalam beramal baik memberikan sedekah kepada warga yang tidak mampu di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Bandung. (mg5/jabeks)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: