Minat Bersekolah di Kabupaten Tasik Masih Rendah

Minat Bersekolah di Kabupaten Tasik Masih Rendah

radartasik.com, SINGAPARNA — Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya tahun 2020 mencatat data tingkat partisipasi sekolah anak dikisaran usia 7-24 masih rendah. Ditunjukan dengan persentase penduduk usia 7-24 tahun menurut jenis kelamin dan partisipasi sekolah di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 27,23 persen anak yang berusia 7-24 tahun tidak bersekolah lagi.


Sementara untuk yang berumur 7-24 tahun dan masih bersekolah di SMA ke atas sebanyak 15,76 persen, berumur 7-24 tahun dan masih bersekolah di SMP sebesar 16,70 persen dan berumur 7-24 tahun dan masih bersekolah di SD sebanyak 39,88 persen. Kemudian yang berumur 7-24 tahun dan tidak atau belum pernah bersekolah sebanyak 0,43 persen.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto SIP mengatakan, masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya untuk bersekolah, banyak faktor penyebabnya.

Menurutnya, bukan karena faktor ekonomi, karena memang program wajib pendidikan dasar (dikdas) sembilan tahun itu tidak dipungut biaya. “Jauh lebih penting, kalau menurut saya ini diakibatkan pertama karena pandemi. Yang memiliki kontribusi, kedua edukasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah, sosialisasi dari pemerintah, minim,” kata Ato kepada wartawan.

Dia menyebutkan, yang kemudian mengakibatkan anak-anak dan masyarakat tidak memiliki sebuah kesadaran, karena ada pengaruh yang dominan. Pertama ada masalah di keluarga atau orang tua, sehingga ini menjadi pekerjaan bersama untuk menuntaskannya. “Kabupaten Tasikmalaya dalam persentase anak tidak meneruskan sekolah cukup tinggi,” ungkap dia.

Pandemi Covid-19 ini, kata Ato, menjadi sebuah dampak yang berimbas ke segala arah, ekonomi dan pendidikan. Anak lebih lama tidak sekolah. “Anak sekolah dan tidak sekolah itu tidak ada beda, sehingga saya pikir variabel anak putus sekolah bukan hanya karena pandemi. Tetapi sekarang kita akui karena faktor pandemi,” terang dia.

Artinya rendahnya tingkat partisipasi ini, bukti nyata dan konkret, bahwa pandemi berdampak tidak baik kepada pendidikan di Kabupaten Tasikmalaya. Sering terdengar anak yang putus sekolah.

“Dalam satu tahun ini kita mendampingi tujuh kasus anak yang tidak sekolah. Bahkan kita perjuangkan untuk sekolah kembali. saat ini juga sedang mendampingi anak yang memang faktor edukasi dari orang tuanya minim dan kita perjuangkan untuk tetap sekolah,” paparnya.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tasikmalaya Asop Sopiudin mengatakan, sangat disayangkan tingkat partisipasi masyarakat atau anak-anak di Kabupaten Tasikmalaya untuk bersekolah masih rendah dan hal ini harus menjadi motivasi bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan lagi.

“Sosialisasi pemerintah kepada masyarakat harus lebih digencarkan lagi, akan pentingnya pendidikan, apalagi tingkat wajib belajar pendidikan dasar sembilan di kita masih dibilang belum tinggi. Maka harus lebih ditingkatkan,” dorong dia. (dik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: