Tim PPM Unsil Terapkan Konsep Urban Farming di Desa Sukamahi
Reporter:
ocean|
Selasa 14-09-2021,16:15 WIB
Radartasik.com, KETAHANAN pangan menjadi salah satu isu yang cukup menarik di Indonesia, terlebih dengan label negara agraris yang sudah sangat akrab di telinga kita. Kenyataannya, pangan justru menjadi sesuatu yang semakin lama semakin tidak bisa diswasembadakan terutama dalam produk pertanian.
Penduduk desa yang dikenal mandiri seharusnya juga sudah cukup mandiri dalam hal penyediaan pangan.
Semakin meluasnya pemukiman yang tumbuh di Indonesia menyebabkan berkurangnya lahan pertanian, belum lagi persoalan kepemilikan lahan pertanian.
Petani Indonesia rata-rata hanya menggarap sawah seluas 0,3 hektare, jauh dari ideal yaitu sekitar dua hektare (www.itb.ac.id).
Pasokan pangan oleh domestik yang belum mampu memenuhi permintaan pasar mengakibatkan Indonesia terus-menerus melakukan kegiatan impor dan tidak jarang menimbulkan kelangkaan pangan.
Pada umumnya, kegiatan pertanian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ataupun meningkatkan pendapatan melalui produksi bahan pangan yang dapat dikonsumsi.
Namun seiring dengan terdegradasinya lahan akibat relokasi sumber daya lahan untuk mengakomodir populasi yang kian meningkat, mendorong masyarakat untuk mengembangkan pertanian alternatif dalam bentuk mulai dari pertanian rumahan dalam skala kecil, hingga pertanian modern dengan teknologi yang mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Pembangunan yang mendayagunakan lahan yang ada, utamanya yang berada di rumah menjadi kompetensi yang sekarang sedang digalakan karena situasi pada tahun 2021 yang sedang mengalami masa Pandemi Covid-19. Segala kegiatan diusahakan dilakukan di rumah.
Permasalahan yang terjadi adalah masih banyak masyarakat yang bingung apa yang harus dilakukan jika semuanya harus dilakukan di rumah saja, sedangkan hidup harus terus berjalan.
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanam sayuran menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan agar masalah pangan setidaknya tidak menjadi hambatan dalam mendukung program pemerintah untuk tetap di rumah saja.
Aparatur desa dan PKK menjadi sasaran yang dirasa tepat dalam mewujudkan program tersebut. Namun perlu pemberian edukasi bagi anggota PKK mengenai jenis apa saja sayuran yang cocok ditanam di pekarangan rumah, seperti apa media yang digunakannya, bagaimana cara memelihara sayuran tersebut, standar sayuran yang layak jual sampai pada semua anggaran biaya yang dipergunakan.
Food oriented development (FOD) merupakan konsep pembangunan yang digagas oleh Natalivan (2012) yang mampu menjadikan desa sebagai penyedia pangan bagi warganya secara berkelanjutan.
Konsep tersebut mempertimbangkan aspek ketahanan pangan selain mempertimbangkan sosial ekonomi dalam pembangunan fisik perkotaan.
Salah satu perwujudan dari FOD adalah bertani di perkotaan atau biasa disebut urban farming yang dilihat sebagai hal yang mampu menciptakan ketahanan pangan.
Urban farming adalah sebuah konsep pengelolaan lahan terbuka di kota akan tetapi setelah melihat kondisi di desa tujuan, pekarangan rumah penduduknya itu tidak terlalu luas, hampir mirip dengan kondisi pekarangan rumah yang berada di perkotaan.
Urban farming juga dapat merekatkan hubungan sosial antarpenggiatnya. Tidak sekadar kegiatan pemberdayaan masyarakat, urban farming dapat menunjang kondisi ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan langsung dan pemasaran hasil panennya. Dan, salah satu cara untuk melaksanakan urban farming yaitu dengan teknik hidroponik.
* * *
Pada hari Sabtu, 11 September 2021, Prodi D-3 Perbankan dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi telah melaksanakan kegiatan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPM) di Desa Sukamahi Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya.
Tim PPM memberikan edukasi dan praktik secara langsung kepada Karang Taruna dan kader PKK tentang bagaimana cara bercocok tanam menggunakan teknik hidroponik dengan tanamannya yaitu sawi pagoda (brassica narinosa).
Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Kegiatan ini diikuti oleh empat orang dosen pendamping, yaitu Yuyun Yuniasih selaku Ketua Tim PPM. Dan, tiga orang anggota lainnya, yaitu Agi Rosyadi, Ane Kurniawati dan Edi Ganda Permana.
Kegiatan ini juga melibatkan dua mahasiswa Prodi D-3 Perbankan dan Keuangan Unsil yaitu Puji Astuti dan Andira Vadia Hermawan.
Sekilas paparan mengenai sistem hidroponik yang diberikan kepada warga. Terdapat enam sistem hidroponik yang dapat diterapkan:
1. Wick
2. Ebb and flow
3. NFT
4. Water culture
5. Drip
6. Aeroponic
Khusus kepada warga Desa Sukamahi, Tim PPM memutuskan untuk memakai sistem wick. Hydroponic wick system adalah sistem hidroponik paling sederhana. Pada prinsipnya, sistem sumbu ini hanya membutuhkan sumbu yang dapat menghubungkan antara larutan nutrisi pada bak penampung dengan media tanam.
Sistem ini adalah sistem yang pasif yang berarti tidak ada bagian yang bergerak. Larutan nutrisi ditarik ke media tanam dari bak atau tangki penampung melalui sumbu. Air dan nutrisi akan dapat mencapai akar tanaman dengan memanfaatkan daya kapilaritas pada sumbu.
Selain itu, sistem ini lebih mudah untuk dipraktikkan dan bahan-bahan yang digunakan pun lebih simpel dan praktis. Berikut alat-alat dan teknik hidroponik dengan menggunakan sistem wick:
Peralatan yang diperlukan:
- Bak air nutrisi
- Tutup bak/penyangga net pot / impraboard
- Net pot bersumbu
- Rockwool
- Benih
- Nutrisi AB mix
- Takaran air
Panduan menanam hidroponik sistem wick:
1. Potonglah rockwool menjadi ukuran 2x2 cm, basahi rockwool dengan air
hingga lembap
2. Lubangi dan semai benih pada rockwool
3. Letakkan pada bak dan tutup selama satu hari
4. Keesokan harinya, buka tutup bak dan letakkan di tempat yang terkena
cahaya matahari dan hindari dari hujan langsung, bibit semai siap
dipindahkan jika telah muncul daun sejati
5. Setelah itu, siapkan kit sistem wick yang akan digunakan untuk penanaman
sayuran hidroponik tersebut
6. Larutkan nutrisi hidroponik yang disesuaikan dengan jenis sayuran yang
Anda tanam
7. Apabila nutrisi telah siap, langsung tuangkan pada sistem wick yang telah
disiapkan tersebut
8. Larutkan nutrisi AB Mix
9. Aplikasikan nutrisi hidroponik (pupuk AB mix)
10. Kapasitas bak 6 liter per bak, kemudian masukkan AB Mix siap pakai ke
dalam bak dengan perbandingan: 5 ml mix A + 5 ml mix B ke dalam 1 liter
air atau 30 ml mix A + 30 ml mix B ke dalam 6 liter air
11. Letakkan bibit pada net pot bersumbu dan susun di atas tutup impraboard,
pastikan ujung net pot menyentuh air nutrisi
12. Letakkan kit hidroponik di bawah sinar matahari penuh dan tidak terkena
hujan, bisa di bawah kanopi/teras yang tidak terkena hujan
13. Cek larutan nutrisi setiap 3-5 hari sekali, tambahkan jika berkurang dan
sesuaikan dengan takaran nutrisi
14. Sayur dapat dipanen saat umur tanaman > 30 hari dari waktu tanam dan
menyesuaikan jenis tanaman yang ditanam. (*/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: