Hal itu diketahui saat ia diajak berkeliling SDN 2 Tugu, Sabtu (4/9/2021) oleh Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Muslim MSi. Kebutuhan akses jalan selebar satu meter dengan panjang sekitar 80 meter dari Jalan Mayor SL Tobing ke halaman sekolah, disanggupi pemilik lahan untuk segera dibebaskan.
“Alhamdulillah setelah kami berkomunikasi dalam beberapa hari terakhir, kemudian melihat langsung ke lokasi, pemilik lahan bersedia merelakan sebagian lahannya dibebaskan,” tutur Muslim kepada Radar, Minggu (5/9/2021).
Dia menjelaskan kurang lebih sekitar 13 bata atau kisaran 180 meter persegi yang dibutuhkan untuk membuka kembali akses dari jalan utama ke sekolah. Nantinya, lanjut Muslim, ketika lahan tersebut dibebaskan dan dibangun jalan, otomatis siswa, guru dan orang tua yang hendak beraktivitas ke SDN 2 Tugu langsung masuk dari halaman depan sekolah.
”Insya allah representatif. Ini tinggal dibebaskan lewat persetujuan DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), semoga bisa diupayakan di perubahan APBD tahun ini supaya November atau Desember bisa menjadi milik pemerintah dan bisa digarap pematangan lahannya,” papar Ketua DPC PDI-Perjuangan Kota Tasikmalaya itu.
Muslim mengakui sudah mendapat sinyal positif dari Ketua TAPD (Sekda, Red), bahwa kebutuhan akses menuju sekolah merupakan urusan penting dan mendesak. Mengingat para siswa sudah mulai kembali beraktivitas dan warga SDN 2 Tugu harus mengakses sekitar satu kilometer dari rute sebelumnya untuk masuk ke area sekolah.
“Insya Allah, tinggal eksekusi saja, pemilik sudah sepakat dan tinggal putuskan harganya. Silakan saja itu nanti dibicarakan oleh eksekutif, kami hanya memfasilitasi,” kata Muslim.
Salah satu pemilik lahan di sekitar SDN 2 Tugu, Meimei mengaku terpanggil untuk merelakan lahannya dibebaskan ketika melihat langsung kondisi sekolah. Sebenarnya, sejak jauh-jauh hari ia sudah berniat untuk menjual lahannya tersebut. “Namun belum pernah bertemu kepala sekolah di sini, sudah dari awal maksud kami memang ingin dijual,” tuturnya.
Dia berharap ke depan apabila lahan sudah menjadi milik pemerintah, bisa menunjang aktivitas persekolahan lebih baik lagi. Jangan sampai terjadi Apersoalan atau polemik yang sejatinya bisa dikomunikasikan secara baik-baik.
“Sama-sama lah kedua belah pihak enak, tidak ada yang dirugikan dan siswa nyaman belajar. Apalagi ini untuk kepentingan anak-anak bangsa mengenyam bangku pendidikan, kita pun tidak akan seperti sekarang ini kalau tidak bersekolah,” ujar dia.
Sebelumnya diberitakan, SDN 2 Tugu dibangun pada tahun 2013 di lahan yang diapit oleh tanah milik pribadi. Saat konstruksi dibangun, memang tidak disertai dengan pembuatan akses jalan.
Kepala SDN 2 Tugu, Sri Mulyani mengatakan bahwa area yang dibenteng memang bukan milik umum atau sekolah. Maka dari itu, pada dasarnya dia tidak menyalahkan pemilik lahan. “Karena itu memang hak pemilik lahan,” ungkapnya kepada Radar, Jumat (3/9/2021).
Apalagi pemilik lahan sudah memberikan jalur selebar setengah meter tanpa harus dibeli. Meskipun dirinya tidak tahu secara detail asal-usul jalur akses yang hanya setengah meter itu, karena dia menjabat di SDN 2 Tugu baru tiga bulan.
“Saya kurang tahu apa itu pihak sekolah (kepala sekolah sebelumnya, Red) yang minta setengah meter, atau pemilik lahan yang memang hanya memberi segitu,” katanya.
Soal bangunan kelas yang diduga menyerobot tanah milik keluarga Yogi, dia pun mengetahui informasi tersebut. Dia tidak tahu menahu bagaimana kronologinya, karena prosesnya terjadi bertahun-tahun sebelumnya. “Saya juga kurang tahu bagaimana ceritanya,” terang dia.
Hanya saja, pembentengan itu menimbulkan masalah akses menuju sekolah. Pasalnya, lahan itu sudah biasa digunakan siswa dan guru untuk menuju ke sekolah. “Jadinya sekarang harus memutar,” ujarnya.
Jalur belakang sekolah yang saat ini digunakan pun, kata Sri, awalnya bukan milik sekolah. Namun baru-baru ini pemiliknya memberikan sebagian tanahnya untuk dijadikan jalan ke sekolah. “Karena sejak awal memang sekolah ini tidak punya jalur akses jalan (milik pemerintah, Red),” terangnya.
Pihak sekolah pun sudah mengajukan anggaran untuk membenahi lahan belakang yang akan dijadikan akses sekolah. Namun, tetap saja akan lebih baik jika ada akses dari Jalan SL Tobing. “Karena bagian muka sekolah kan mengarah ke sana (Jalan SL Tobing), jadi akses ke depan juga dibutuhkan,” tuturnya.
Terpisah, Lurah Tugujaya Dudu SIP MM mengatakan belum ada solusi soal akses ke depan sekolah. Namun dia bersama Camat Cihideung pun terus berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya terkait hal ini. “Sementara ya pakai yang jalur belakang,” terangnya.
Melihat dari peta lokasi, Dudu pun mengakui bahwa SDN 2 Tugu dibangun tanpa disertai akses jalan. Dia pun mengaku tidak tahu menahu soal perencanaan pembangunan sekolah itu. “Apalagi itu kan sekitar tahun 2013, saya belum berdinas di sini (Kelurahan Tugujaya),” ujarnya.
(igi/rga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News