Siswa Madrasah Harus Sabar, PTM di Kemenag Tak Jelas

Siswa Madrasah Harus Sabar, PTM di Kemenag Tak Jelas

radartasik.com, Tasik — Para siswa yang sekolah di madrasah harus sedikit bersabar untuk belajar tatap muka. Sebab Kementerian Agama (Kemenag) masih perlu waktu untuk mempersiapkan proses belajar tatap muka di lingkungannya.


Selain lembaga pendidikan di bawah naungan Dinas Pendidikan, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pun akan dilaksanakan di madrasah. Namun, Kemenag Kota Tasikmalaya masih belum memiliki data madrasah yang sudah memiliki kesiapan.

Kasubag Tata Usaha (TU) Kemenag Kota Tasikmalaya, H Yayan Herdiana mengatakan pihaknya baru membagikan edaran kepada madrasah. Sehingga belum diketahui pasti berapa madrasah yang siap melaksanakan PTMT.

”Kemungkinan madrasahmadrasah baru mengajukan Senin (16/8/2021), kami masih menunggu,” ujarnya kepada Radar, Jumat (13/8/2021). Pada prinsipnya, kata dia, masing-masing madrasah sudah mempersiapkan sarana protokol kesehatan sejak lama.

Sehingga menurutnya sebagian besar madrasah sudah siap melaksanakannya. “Mungkin ada satu dua yang masih belum siap, tapi mayoritas sudah siap,” katanya.

Ditambah lagi, sekarang ada kewajiban bagi tenaga pengajar untuk divaksin. Sehingga pihaknya perlu melakukan verifikasi guru-guru yang sudah menjalani vaksin. “Kalau di satu madrasah guru-gurunya belum divaksin, berarti belum siap,” terangnya.

Terpisah, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenang Kota Tasikmalaya H Asep Bahria mengatakan untuk vaksinasi tidak lagi menjadi kendala. Karena mayoritas para guru sudah menjalaninya. “80 persen sudah divaksin, sisanya karena ada terkendala kondisi yang tidak memungkinkan,” katanya.

Namun demikian, pihaknya perlu waktu menginventarisir madrasah-madrasah yang siap. Dia menargetkan belajar tatap muka dimulai dalam dua minggu ke depan. “Mudah-mudahan segalanya berjalan lancar,” tuturnya.

Diakuinya, bahwa pembelajaran tatap muka sudah ditunggu-tunggu oleh guru dan murid bahkan orang tua. Diharapkan tidak ada kendala dalam realisasinya. “Karena sudah sangat lama pembelajaran dilakukan secara daring,” katanya.

PENGARUHI TINGKAT EMOSI SISWA

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) merilis data penelitiannya terkait ke beberapa jenjang siswa SD, SMP dan SMA terkait dampak dari sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Hasilnya, dampak dari PJJ bukan hanya menurunkan kualitas belajar, namun juga dapat mempengaruhi emosi siswa. Hal itu terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan GSM pada 1.263 siswa mulai jenjang SD hingga SMA, menunjukkan bahwa 57 persen siswa SD dan SMP merasakan emosi negatif.

“70 persen siswa SMA juga merasakan emosi negatif,” kata Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal di Jakarta, Jumat (13/8/2021).

Menurut Rizal, emosi negatif tersebut terdiri dari banyak hal, mulai dari bosan, sedih, kurang memahami materi, stress, bingung, merasa kurang bersemangat, merasa terbebani, kurang puas, hingga merasa kesulitan dalam belajar.

“Semakin tinggi jenjang pendidikan, gap antara emosi positif dan negatif semakin lebar. Ini menunjukkan bahwa ada proses belajar yang ternyata mungkin tidak tepat atau tidak dibutuhkan siswa dan tidak sesuai dengan perkembangan mental siswa itu sendiri,” ujarnya.

Dengan demikian, Rizal menyimpulkan, bahwa proses belajar yang seragam baik itu jenjang SD hingga SMA yang selama ini disampaikan guru tidak bisa meningkatkan kompetensi belajar siswa.

“Justru tugas-tugas tersebut menjadi beban. Juga ada kesulitan belajar yang dirasakan anak SD hingga SMA , artinya mereka merasa tidak produktif atau berkurang motivasi,” tuturnya.

Untuk itu, Rizal mendorong agar pemerintah dapat menyusun kurikulum darurat yang mendorong interaksi anak dengan lingkungan sosial sekaligus mengatasi persoalan nyata di kehidupan sehari-hari.

“Kurikulum darurat tidak cukup hanya mengurangi materi kurikulum kompetensi esensial saja, karena tetap tidak mengubah orientasi dan suasana kebatinan siswa,” jelasnya.

“Dukungan orang tua berupa dukungan emosional, sangat dibutuhkan. Peran keluarga sangat kuat untuk membantu proses belajar siswa agar lebih positif dan termotivasi,” pungkasnya. (rga/ der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: