Cetak Petani Milenial di Era Pertanian 4.0

Cetak Petani Milenial di Era Pertanian 4.0

radartasik.com, TASIK - Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya mengajak generasi muda menekuni sektor pertanian. Oleh karenanya pertanian sekarang harus menerapkan sistem modern atau memakai teknologi tinggi atau pertanian 4.0.


Kepala KCD Pendidikan Wilayah XII Tasikmalaya Dr Abur Mustikawanto MEd mengatakan, pertanian merupakan ujung tombak dalam ketahanan nasional. Di sinilah diperlukannya generasi muda sebagai penerus pembangunan pertanian di masa yang akan datang.

”Agar siswa SMA/SMK tertarik belajar dan menekuni pertanian adalah kemajuan teknologi. Untuk itu, menjadi penting untuk terus dikembangkan yang berkelanjutan,” katanya kepada Radar, Minggu (25/7/2021).

Dirinya meyakini, di era modern ini harus mempromosikan pertanian berbasis teknologi, seperti traktor, pertanian berbasis Internet of Things (IoT) dan alat panen modern. “Dengan siswa mengenal pertanian modern akan menarik mereka terjun ke dunia pertanian,” ujarnya.

Berbeda ketika generasi muda dikenalkan pertanian tradisional yang masih harus menggunakan ekstra tenaga, seperti mencangkul, menanam, menyiram tanaman, dan memanen masih menggunakan tenaga manusia. “Pastinya mereka kurang minat,” katanya.

Senada, melihat peluang di tengah pandemi Covid-19, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) Johan J Anwari MSi bersemangat mencetak petani milenial. Dengan begitu, terciptanya ketahanan pangan ataupun keberlanjutan pertanian yang maju dan mandiri.

“Saya terus mendorong sekolah agar berinovasi sebagai rumpun pertanian. Salah satunya di SMKN 1 Cipaku Ciamis,” katanya, Sabtu (24/7/2021).

Karena Johan masuk dalam Komisi V DPRD Jabar yang salah satunya membidangi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pendidikan, maka pihaknya mempunyai konsep smart farming untuk petani milenial, sehingga bisa menjawab tantangan era revolusi industri 4.0.

“Siswa kita secara bertahap diarahkan kepada pertanian era industri 4.0 untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian,” ujarnya.

Selanjutnya, Johan pun mendorong agar setiap siswa mewujudkan pekarangan pangan lestari sehingga lahan bisa tergarap atau bisa produktif.

“Kemudian saatnya hasil produk panen pertanian, seperti: pemA­besaran ikan, sayur, buah, biji-bijian dan lainnya langsung bisa dijadikan olahan makanan yang memiliki nilai jual tinggi,” katanya.

Langkah tersebut bentuk transformasi meyakinkan generasi muda agar secara nyata dapat meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya ketika bertani.

“Ketika melihat generasi muda berhasil di pertanian akan memberikan solusi kepada masyarakat, salah satunya menjaga kebutuhan pangan tetap terpenuhi meski tetap ada di rumahnya masing-masing,” ujarnya. (riz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: