Peneliti LIPI Kembangkan Ventilator Dua Mode Operasi

Peneliti LIPI Kembangkan Ventilator Dua Mode Operasi

Radartasik.com, SERPONG — Peneliti Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Deni Permana Kurniadi dan tim mengembangkan SiVENESIA (ventilator dengan dua mode operasi CPAP dan BiPAP).

Dalam siaran persnya, mode CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) merupakan ventilator yang akan memberikan tekanan udara positif yang konstan dan terus menerus kepada pasien dengan tujuan supaya saluran pernapasan pasien tetap terbuka.

Sedangkan mode BiPAP (Bi-level Positive Airway Pressure) merupakan alat yang dapat menghasilkan dua level tekanan udara positif yang berbeda. Yaitu, pada saat inspirasi (menarik napas) dan pada saat ekspirasi (menghembuskan napas). Sehingga, lebih aman untuk digunakan pada pasien kecuali pada kasus-kasus tertentu.

Menurut Deni, ventilator mode CPAP biasanya disarankan oleh dokter untuk pasien penderita sleep apnea (gangguan tidur serius), yaitu gejala dimana sistem pernapasan pasien akan berhenti beberapa saat selama tidur. Hal ini tentu saja akan menyebabkan kualitas tidur menjadi buruk.

Mesin CPAP merupakan pilihan mode pada sebuah ventilator yang bekerja berdasarkan tekanan (pressure based).

Pada mode ini mesin ventilator hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernapas (bukan pasien yang mengalami gagal pernapasan). 

Tujuannya untuk mencegah atelektasis (sumbatan pada jalan napas) dan melatih otot-otot pernapasan sebelum pasien bisa bernapas secara normal.

”CPAP tergolong dalam sistem pengobatan non-invasif (tanpa pembedahan) yang paling efektif dan merupakan pengobatan pilihan pertama serta paling banyak digunakan untuk pasien gangguan pernapasan,” jelas dia.
 
Deni juga menjelaskan mesin CPAP bekerja dengan memberikan aliran udara bertekanan tunggal melalui selang ke hidung dan atau melalui mulut sehingga saluran pernapasan tetap terbuka.

Karena mode ventilator CPAP ini menggunakan aliran udara bertekanan tunggal, sehingga pasien harus menggunakan lebih banyak kekuatan untuk menghembuskan napas (pada saat expirasi).

Hal ini akan menyebabkan kelelahan bagi pasien-pasien tertentu terutama yang memiliki penyakit neuromuscular (kelompok gangguan ekstensif yang ditandai dengan adanya perubahan motorik yang dihasilkan oleh cedera atau gangguan saraf).

”Sehingga penggunaan ventilator mode ini harus dengan saran, petunjuk dan pantauan dokter,” terangnya.

SiVENESIA telah melalui serangkaian tahapan pengujian, diantaranya skala laboratorium sebagai pengujian tahap pertama. Dimana, pengujian menitikberatkan kepada masalah teknis.

Rangkaian pengujian tersebut menguji kinerja sistem (performance), ketahanan sistem (endurance) dan keamanan kelistrikan, dimana kesemuanya itu mengacu pada standar yang telah ditentukan. 

”Tahapan pengujian alpha telah kami lakukan dengan melakukan uji di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan RI dan telah lulus uji serta mendapat sertifikasi dengan nomor MK-UPK/BPFJK/59/CPOF/0.”

”Selanjutnya kami akan melakukan uji klinis SiVENESIA sebagai uji tahap beta guna mendapatkan izin edar sebagai wujud diseminasi hasil penelitian kami,” tutur Deni. (lan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: