Seluruh RS di Garut Dipenuhi Pasien Covid-19

Seluruh RS di Garut Dipenuhi Pasien Covid-19

radartasik.com, Meningkatnya angka kasus positif Covid-19 di Kabupaten Garut berdampak pada tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR). Saat ini BOR di rumah sakit di Kabupaten Garut khusus di ruang isolasi dan perawatan pasien Covid-19 mencapai 95 persen.

Padahal, standar BOR untuk kasus Covid-19 tak boleh lebih dari 70 persen. “BOR ini meningkat akibat adanya lonjakan kasus Covid-19, jadi ruangan-ruangan di seluruh rumah sakit di Garut ini dipenuhi pasien Covid,” ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Garut dr Leli Yuliani kepada wartawan, Kamis (17/6/2021).

Kata Leli, meningkatnya pasien Covid-19 membuat beberapa rumah sakit menambah ruangan untuk pasien Covid-19. “RSUD dr Slamet lagi tambah kapasitas bed (tempat tidur). Kemarin lagi beres-beres buka ruangan baru,” ucapnya.

Menurut Leli, kapasitas tempat tidur di rumah sakit di Garut untuk pasien positif virus corona sebanyak 485. Kini, jumlah pasien yang dirawat mencapai 557 orang.

“Jadi tak semua di rumah sakit. Ada juga yang isolasinya di Puskesmas. Kalau lihat BOR dan memang kenyataannya mau masuk rumah sakit itu susah sekarang ini,” katanya.

Leli mengaku sulit untuk membuka tempat perawatan baru. Selain persoalan tempat, masalah juga ada di jumlah tenaga kesehatan (nakes).

“Sekarang kan nakesnya juga banyak yang positif. Jadi banyak yang isolasi mandiri. Sebagian besar di rumah. Tapi ada juga yang di Islamic Center, Rusun (Gandasari), dan Puskesmas,” ujarnya.

Isolasi juga mulai dilakukan di sejumlah desa. Terutama desa dengan kasus virus corona tinggi. Seperti yang dialami warga di Kecamatan Cisompet. “Di desa-desa juga mulai ada isolasi di Gor SD. Baru daerah-daerah tertentu yang kasusnya banyak,” katanya.

Leli memprediksi kenaikan kasus virus corona di Garut masih akan terjadi sampai Juli 2021. “Baru mulai melandai di minggu kedua Juli mudah-mudahan ya,” terangnya.

Peningkatan kasus konfirmasi positif corona, tambah Leli, karena berbagai macam faktor. Seperti saat Pilkades Serentak beberapa waktu lalu. Banyak warga yang tak taat protokol kesehatan saat melakukan kampanye dan perayaan usai kemenangan calon kades.

“Kalau saat hari pelaksanaannya mereka taat prokes. Tapi sebelumnya, seperti saat sosialisasi dan setelahnya di perayaan (kemenangan) itu banyak yang melanggar prokes,” ujarnya.

Leli mengingatkan agar warga yang melaksanakan swab antigen dan hasilnya negatif agar tak senang lebih dulu. Pasalnya jika pernah kontak erat atau memiliki gejala dan hasil antigen negatif, bisa jadi belum memasuki fase virus terdeteksi di tubuh. “Beda sama PCR kalau antigen itu. PCR itu bisa ketahuan dari fase awal sampai akhir. Kalau antigen itu, fase awal dan akhirnya tak terbaca. Jadi kalau sudah kontak erat atau bergejala dan hasilnya (antigen) negatif, jangan senang dulu,” paparnya. (yna)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: