BAMAG Desak Pemerintah Kota Tasikmalaya Tuntaskan Ketimpangan Pelajaran Agama di Sekolah Negeri

BAMAG Desak Pemerintah Kota Tasikmalaya Tuntaskan Ketimpangan Pelajaran Agama di Sekolah Negeri

Ketua BAMAG Kota Tasikmalaya, Pdt. Munanda Bernhard, saat berbicara di forum refleksi HUT Kota Tasikmalaya. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Peringatan Hari Jadi ke-23 Kota TASIKMALAYA menjadi ruang refleksi bersama bagi masyarakat dan pemerintah. 

Dalam acara yang digelar di Aula Bappelitbangda, Jumat 31 Oktober 2025, isu pendidikan inklusif muncul sebagai sorotan penting.

Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Kota Tasikmalaya, Pdt. Munanda Bernhard, menyampaikan bahwa hingga kini masih ada ratusan siswa di sekolah negeri yang belum memperoleh pelajaran agama sesuai keyakinannya. 

Kondisi itu menunjukkan masih belum meratanya layanan pendidikan bagi seluruh warga.

BACA JUGA:Bangunan Semi Permanen di Jalan Baru Tasikmalaya Runtuh Diterpa Angin: Ada yang Lalai dalam Pengawasan?

“Pendidikan agama adalah hak dasar setiap siswa, apa pun agamanya. Kami berharap pemerintah membuka ruang dialog untuk mencari solusi bersama,” ujar Munanda di hadapan Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, dan Wakil Wali Kota, Diky Candra.

Menurut data BAMAG, lebih dari 300 siswa Kristen di tingkat SMP dan SMA negeri di Kota Tasikmalaya belum mendapatkan pelajaran agama Kristen secara resmi. 

Selama ini, BAMAG bersama jemaat dan guru sukarelawan mengambil peran mengajar secara swadaya di luar jam sekolah.

“Anak-anak harus belajar di gereja saat teman-temannya beribadah. Waktunya sempit, sering kali hanya 20 menit, tapi mereka tetap bersemangat karena ingin belajar tentang iman mereka,” tutur Munanda.

BACA JUGA:Posyandu Jadi Pusat Layanan Enam Bidang SPM di Kota Tasikmalaya

Ia menilai, persoalan ini sudah berlangsung hampir dua dekade tanpa langkah penyelesaian konkret. 

Padahal, kata dia, pendidikan inklusif merupakan bagian dari semangat Kota Santun yang menjadi jati diri Tasikmalaya.

“Jika Tasikmalaya ingin benar-benar menjadi kota yang santun dan berkeadilan, maka semua anak harus memperoleh hak belajar agama sesuai keyakinannya,” tegasnya.

Munanda berharap, momentum Hari Jadi Kota Tasikmalaya menjadi titik awal pembenahan sistem pendidikan agar lebih terbuka, inklusif, dan menghargai keberagaman. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait