Peduli Kesehatan Mental, Aktivis Tasikmalaya Ajak Warga Jaga Pikiran Sehat Seperti Tubuh

Peduli Kesehatan Mental, Aktivis Tasikmalaya Ajak Warga Jaga Pikiran Sehat Seperti Tubuh

Direktur Taman Jingga, Ipa Zumrotul Falihah. istimewa for radartasik.com--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Momentum Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober menjadi pengingat pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan pikiran. 

Aktivis perempuan dan anak asal Tasikmalaya sekaligus Direktur Taman Jingga, Ipa Zumrotul Falihah, menegaskan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Menurutnya, banyak orang masih menyepelekan persoalan mental. Padahal, pikiran yang tidak terawat bisa menjadi sumber berbagai persoalan besar dalam hidup.

“Kesehatan mental bukan hanya soal merasa ‘baik-baik saja’ atau berkata ‘aku tidak apa-apa’. Ini tentang bagaimana kita mengelola emosi, mengatasi tekanan, dan menjaga pikiran tetap jernih di tengah dinamika kehidupan,” ujarnya, Jumat 10 Oktober 2025.

BACA JUGA:RPJMD Kabupaten Tasikmalaya Ternyata Tak Berpihak pada Petani, DPRD Minta Arah Kebijakan yang Jelas

Ipa menegaskan, tubuh yang sehat tidak akan berarti jika pikiran sedang kacau. 

Depresi, kecemasan, dan stres yang dibiarkan tanpa penanganan bisa berdampak pada kesehatan fisik, hubungan sosial, bahkan kualitas hidup seseorang.

“Mengabaikan kesehatan mental hanya akan membawa kita pada kelelahan yang lebih dalam,” katanya.

Ia mengajak masyarakat untuk mulai menaruh perhatian serius terhadap keseimbangan tubuh dan pikiran.

BACA JUGA:Mantap! Jabar Dinobatkan Sebagai Destinasi Wisata Ramah Muslim Terbaik Nasional

“Kesehatan mental bukan sesuatu yang bisa ditunda. Ia adalah fondasi hidup yang produktif, bahagia, dan bermakna. Jangan menunggu sampai terlambat. Mulailah peduli pada kesehatan mental seperti halnya kita peduli pada tubuh,” tutur Ipa.

Selain itu, Ipa juga menyoroti stigma sosial yang masih melekat terhadap mereka yang mencari bantuan profesional. 

Banyak masyarakat, katanya, masih merasa tabu atau gengsi berkonsultasi ke psikolog atau psikiater karena takut dianggap memiliki gangguan jiwa.

“Padahal konsultasi itu bukan aib, justru langkah bijak agar kita tahu diagnosa dan penanganan yang tepat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait