Santri Ponpes Al-Mukhtariyah Tasikmalaya Garap Film Pakai HP, Wakil Wali Kota Dukung GCC Jadi Bioskop Edukatif
Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra nonton bareng film Alumni Tersesat di Gedung Creative Center (GCC) Dadaha, Minggu 3 Agustus 2025. istimewa for radartasik.com--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Sebuah film berjudul Alumni Tersesat karya alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mukhtariyah ditayangkan dalam acara nonton bareng di Gedung Creative Center (GCC) Dadaha, Minggu 3 Agustus 2025.
Film tersebut digarap secara mandiri oleh para alumni menggunakan perangkat sederhana, termasuk kamera ponsel dan mikrofon clip-on.
Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra, yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasi atas karya para santri tersebut.
Ia mengaku terkesan dengan kualitas film yang dihasilkan meskipun hanya menggunakan alat produksi non-profesional.
BACA JUGA:PPATK Blokir Rekening Pasif, BRI Buka Suara
“Terus terang saya kaget lihat hasilnya. Film garapan santri ini cukup apik, serius, dan punya nilai. Saya sarankan publik untuk nonton,” ucapnya.
Diky juga menyampaikan bahwa pihaknya telah menyarankan kepada Wali Kota dan Sekda agar GCC dapat difungsikan sebagai bioskop edukatif.
“Kalau bisa saling menghargai antar komunitas, ini bisa jadi sesuatu. Kalau film bisa memberi manfaat ke masyarakat, saya sangat dukung. Semoga UPTD bisa menerjemahkan potensi ini dan menjadwalkan tayangan edukatif secara berkala,” tambahnya.
Sementara itu, pimpinan Ponpes Al-Mukhtariyah, KH Bubung Nizar, menjelaskan bahwa film Alumni Tersesat merupakan bagian dari rangkaian produksi film yang digarap secara internal oleh para alumni.
BACA JUGA:Satgiat Protokol 0923 Disiapkan Kawal Momen Penting Agustus di Kota Tasikmalaya
Film keempat ini digarap selama kurang lebih 40 hari dan melibatkan sekitar 20 orang alumni sebagai kru dan 13 orang sebagai pemain.
“Ini menjadi stimulan agar alumni tidak lupa jati diri. Film ini sepenuhnya dibuat oleh alumni tanpa melibatkan pihak luar. Naskah, penyutradaraan, dan teknis semua kami tangani sendiri,” tutur KH Bubung.
Ia menambahkan, penggarapan film ini dilakukan di lingkungan pesantren di Rancamacan, Mangkubumi, menggunakan peralatan sederhana.
Namun, keterbatasan alat tidak menyurutkan semangat para alumni untuk berkarya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: