Sampah, Politik, dan Krisis Lingkungan: Mengubah Cara Pandang Manusia Terhadap Alam

Sampah, Politik, dan Krisis Lingkungan: Mengubah Cara Pandang Manusia Terhadap Alam

Tim Laboratorium Ilmu Politik Universitas Siliwangi gelar diskusi bahas politik dan lingkungan, Jumat 23 Mei 2025. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Krisis lingkungan bukan sekadar persoalan teknis, melainkan cerminan cara manusia memandang dan memperlakukan alam. 

Hal ini menjadi fokus utama dalam diskusi Ngaji Politik yang digelar secara daring oleh Laboratorium Ilmu Politik Universitas Siliwangi pada Jumat 23 Mei 2025. 

Dengan tema kesadaran ekologis dan pengelolaan sampah, forum tersebut menghadirkan dua narasumber dari kalangan akademisi dan komunitas lingkungan.

Politik Lingkungan: Dari Eksploitasi Menuju Kesadaran

BACA JUGA:Poros Tasikmalaya Solid, Satriana Ilham Didorong Kuasai PMII Jawa Barat

Randi Muchariman SIP, MA, dosen Politik Lingkungan di FISIP Unsil, membuka diskusi dengan mengupas akar eksploitasi alam yang berakar pada cara berpikir modern. 

Ia menjelaskan bagaimana manusia diposisikan sebagai pusat semesta, sementara alam diperlakukan sebagai objek yang bisa dieksploitasi tanpa batas.

“Kebutuhan manusia seperto pangan, papan, energi, semua bersumber dari alam. Namun, ketika diambil secara berlebihan tanpa batas, kita sesungguhnya menghancurkan eksistensi kita sendiri,” ujar Randi.

Randi menyoroti perbedaan filosofi antara budaya Barat dan Timur terkait hubungan manusia dengan alam. 

BACA JUGA:Disway Cup 2025 Jadi Ajang Silaturahmi Wartawan se-Jadetabek

Di Barat, manusia dianggap sebagai penguasa alam, sementara di Timur, manusia dipandang sebagai bagian dari alam semesta yang lebih besar.

Menurutnya, politik lingkungan bukan sekadar teori akademik, tetapi masalah nyata yang harus dihadapi dalam kebijakan publik. 

Krisis ekologis yang terjadi saat ini adalah dampak dari kebijakan politik yang selama ini mengabaikan kelestarian lingkungan.

“Ini bukan hanya soal membuang sampah sembarangan, tapi soal sistem produksi, kepemilikan lahan, dan prioritas negara terhadap lingkungan,” tegas Randi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait