Bertaruh Nyawa di Jalan Leuwi Eretan Tasikmalaya, Satu-Satunya Akses Warga Nagrog ke Jalan Utama
Kendaraan roda dua saat bertaruh nyawa melintasi Jalan Leuwi Eretan Tasikmalaya, Kamis 21 Agustus 2025. istimewa for radartasik.com--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Setiap kali hujan deras turun, wajah-wajah cemas tampak di Desa Nagrog, Kecamatan Cipatujah, dan Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega, Kabupaten TASIKMALAYA.
Bukan hanya karena sawah mereka terancam banjir, tetapi karena satu-satunya akses utama menuju jalan raya, Jalan Leuwi Eretan, pasti terendam luapan Sungai Cipatujah.
Bagi warga, jalan ini bukan sekadar hamparan aspal yang membelah desa. Ia adalah urat nadi kehidupan.
Jalur anak-anak menuju sekolah, petani membawa hasil bumi ke pasar, hingga ambulans yang berpacu dengan waktu demi menyelamatkan nyawa.
BACA JUGA:Perusahaan Beli BBM dari Penyedia Tidak Resmi, Ancaman Pidana Menanti
Lewat jalan ini, perjalanan dari Desa Nagrog ke jalan utama hanya butuh waktu 15 menit.
Jika memutar lewat jalur lain, jaraknya bisa lebih dari satu jam dengan kondisi jalan yang rusak parah.
Ade (43), warga Desa Nagrog, sudah puluhan tahun mengandalkan jalur ini. Baginya, setiap musim hujan adalah musim penuh kecemasan.
“Setiap kali hujan deras, jalan pasti terendam. Kalau tidak dilalui, aktivitas warga lumpuh. Mau sekolah, ke pasar, atau ke puskesmas jadi susah,” kata Ade, Kamis 21 Agustus 2025.
BACA JUGA:HUT ke-47, GM FKPPI Tasikmalaya Angkat Isu Kebangsaan dan Kepedulian Sosial
Ironisnya, meski ada jembatan gantung di lokasi tersebut, kondisinya sudah lapuk dan membahayakan.
Warga justru merasa lebih aman menerobos arus dengan sepeda motor, meski resikonya jauh lebih besar.
“Pernah ada kendaraan terseret arus. Untung penumpangnya selamat. Tapi rasa takut itu selalu ada,” kenangnya.
Bagi Aris Yulianti, seorang guru di Desa Nagrog, jalan Leuwi Eretan adalah jalur yang setiap hari ia saksikan penuh cerita perjuangan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: