Delapan Tahun Terisolasi, Warga Cipatujah Tasikmalaya Masih Menanti Jembatan yang Hilang Diterjang Banjir
Jembatan Gantung Penghubung Desa Nagrog dan Desa Padawaras di Cipatujah Tasikmalaya saat diterjang bencana, berapa waktu lalu. istimewa for radartasik.com--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Sudah delapan tahun berlalu sejak banjir besar pada 2018 meluluhlantakkan jembatan gantung di Kampung Bantarsereh, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten TASIKMALAYA.
Namun hingga kini, harapan warga dua desa (Padawaras dan Nagrog) untuk mendapatkan kembali akses penghubung tersebut belum juga terwujud.
Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi, mengungkapkan bahwa jembatan gantung yang dibangun pada 2017 itu hanya bertahan satu tahun sebelum dihanyutkan derasnya banjir yang juga merusak jembatan nasional Cipatujah–Ciandum.
“Waktu itu airnya datang besar sekali dan tiba-tiba. Jembatan langsung terseret, habis tak tersisa,” tuturnya, Minggu 3 Agustus 2025.
BACA JUGA:Dari Perang Dunia hingga Lahirnya TVRI dan Prestasi Carl Lewis
Sejak kehilangan jembatan, warga terpaksa memutar sejauh belasan kilometer melewati jalan rusak untuk aktivitas sehari-hari.
Akses yang dulunya bisa ditempuh hanya lima menit, kini memakan waktu puluhan menit. Tak sedikit warga yang nekat menyeberangi sungai menggunakan rakit, termasuk anak-anak sekolah dan petani yang membawa hasil panen.
Ironisnya, sempat ada jembatan darurat yang dibangun oleh TNI. Namun, menurut Yayan, jembatan tersebut tidak layak digunakan karena konstruksinya dinilai ringkih.
“Kabel sling-nya kendur, jembatan terlalu tinggi, dan warga takut ambruk saat dilintasi,” terangnya.
BACA JUGA:Buruan Ambil! Link Dana Kaget Resmi Siap Bagikan Saldo Gratis Rp175.000
Lebih menyakitkan lagi, berbagai proposal pembangunan yang diajukan ke pemerintah belum juga membuahkan hasil.
Janji demi janji hanya terdengar di udara tanpa realisasi. Padahal menurut Yayan, proyek ini seharusnya bisa masuk dalam skema pembangunan darurat, seperti yang terjadi pada jembatan Ciandum dan Bojongsari.
Kini, bekas tapak jembatan di Kampung Bantarsereh hanya menyisakan semak dan rumput liar. Tempat yang dulu menjadi nadi mobilitas warga kini sunyi, seperti dilupakan.
Warga Desa Nagrog, Agus Wahidin, menyebut bahwa jembatan tersebut bukan sekadar struktur besi dan kayu, melainkan simbol kehidupan yang terputus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: