RADARTASIK.COM, JAKARTA — Peneliti Pusat Penelitian Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Destario Metusala melakukan penelitian mengenai rekaman baru keberadaan anggrek hantu gastrodia bambu di Vietnam.
Hasilnya? Pada laman LIPI disebutkan Destario menyimpulkan bahwa anggrek hantu gastrodia bambu kini bukan lagi sebagai spesies endemik Pulau Jawa karena populasi alaminya ditemukan pula di Vietnam.
Uniknya, populasi gastrodia bambu di Vietnam juga hanya ditemukan di habitat rumpun bambu seperti halnya populasi di Jawa.
Ada dugaan pula bahwa gastrodia bambu juga mungkin tersebar alami di sepanjang jalur geografis antara Jawa dan Vietnam (Sumatera, Peninsula Malaysia, hingga Thailand).
Hanya saja, karena daur hidupnya yang unik, maka bukti keberadaan spesies ini di kawasan tersebut sangat sulit ditemukan oleh para peneliti sekalipun.
Lalu mengapa disebut anggrek hantu? Masih pada laman itu disebutkan dalam dunia peranggrekan populer, genus gastrodia spp seringkali dikelompokkan ke dalam golongan anggrek hantu.
Hal tersebut disebabkan oleh daur hidup alaminya yang unik, yang mana sosoknya dapat terlihat secara kasat mata hanya pada saat fase berbunga saja.
Selebihnya, sebagian besar daur hidupnya yaitu dalam bentuk rhizom yang bersembunyi di dalam tanah.
Anggrek genus gastrodia tidak memiliki klorofil dan organ fotosintetik seperti daun, sehingga proses metabolisme pertumbuhannya sangat bergantung dari simbiosis dengan jamur mikroskopik mikorhiza.
”Itulah kenapa, anggrek ini mustahil dapat ditemukan di alam jika tidak dalam kondisi berbunga,” ungkap Destario.
”Periode berbunganya pun tergolong sangat jarang. Untuk setiap individu rhizom dewasa yaitu hanya 1 atau 2 kali dalam setahun Itu pun hanya mekar selama sekitar 1 minggu," jelas dia.
Oleh karenanya, menurut dia, butuh keberuntungan besar untuk dapat berjumpa dengan anggrek ini di habitat alaminya. (lan/*)