Tokoh Muda Kota Tasik, Tetap Berkarya Tuangkan Nalar Kritis Lewat Menulis

Senin 19-04-2021,13:00 WIB
Reporter : syindi

CIHIDEUNG — Meski tengah menjalani perawatan atas sakit gagal ginjal, Tokoh Masyarakat Kota Tasikmalaya Asep Suherlan terus berkontribusi melalui ide dan pemikirannya. Dituangkan dalam sebuah buku kumpulan puisi dan pantun bertajuk Konstruktif antara Idealisme dan Realita.

Pria kelahiran 16 Maret 1976 ini, mengenal puisi sejak duduk di bangku sekolah dasar. 

Menjuarai lomba di berbagai tingkatan, hingga menginjak remaja ia terus berkiprah sampai mengikuti lomba di tingkat Kabupaten Tasikmalaya.

Selain di usia remaja hingga pemuda, ia aktif di remaja masjid, Karang Taruna, KNPI, Pemuda Pancasila sampai menjadi Ketua Ormas Forum Cempaka. 

Selain itu, Asep juga aktif di berbagai organisasi sebagai santri kalong sejumlah pondok pesantren di Kota Tasikmalaya.

Namun, pada awal Februari 2021 lalu ia mulai terbersit mendokumentasikan celotehan atau idenya dalam berpantun ke dalam sebuah buku. 

Ketika ia sering membuat pantun dengan spontan saat menjalani cuci darah di RSUD dr Soekardjo, baik terhadap perawat atau pasien lain yang sama-sama menjalani pelayanan.

”Ada yang bilang ke saya, kenapa tidak dibuat dan dikemas dalam kumpulan pantun. Respons ini dari perawat yang sering dengar saya berpantun saat pelayanan, termasuk dari pasien lain,” ujar Asep kepada Radar, Minggu (18/4/2021).

Baca juga : Melawan Hoaks, Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

Ia pun mulai terpikir untuk menyusun pantun-pantun dalam bentuk tulisan. Kemudian memulainya dibantu istri, Zulfa Nurul Fajar S SOs dalam penulisannya, dan diluncurkan tepat hari pertama bulan ramadan tahun ini.

”Bukan penyair pro, atau berlatarbelakang pendidikan sastra. Tetapi, ini bentuk aktualisasi ide dan pemikiran saya supaya bangkit dan optimis menjalani hidup, ditengah kondisi saya secara medis mengidap penyakit permanen (gagal ginjal, Red),” tuturnya.

Melalui buku tersebut, Asep berupaya menyampaikan berbagai perspektifnya tentang fenomena yang berkembang di masyarakat belakangan ini. 

Kritik sosial, bahasan agama, termasuk pesan moral, dituangkan pada buku sekitar 50 halaman tersebut.

“Lewat karya sederhana ini, saya mencoba menyampaikan pesan beragam. Mulai dari, bagaimana membangun hubungan pribadi dengan khalik, berkeluarga harmonis, fenomena sosial masayrakat, serta aktualisasi sebagai warga negara,” kata Asep menceritakan.

Lewat buku tersebut, ia berharap bisa menggairahkan kembali minat baca, terutama generasi muda. 

Tags :
Kategori :

Terkait