Di Tasikmalaya, Pesta Patok bukan sekadar lomba.
Ia adalah panggung besar yang menampilkan kerja keras berbulan-bulan.
Para peternak memoles ternaknya seperti atlet, dilatih, dirawat, disiapkan tampil maksimal.
Ada yang sibuk merapikan bulu, ada yang melatih postur domba agar lebih gagah. Semua dilakukan sepenuh hati.
BACA JUGA:Persikotas Ukir Sejarah, Lolos ke Semifinal Liga 4 Seri 1 dan Amankan Tiket Nasional
Kategori yang dinilai pun beragam: Raja Kasep Moel, Raja Pedaging, Ratu Bibit, hingga Raja Daging Ekstrem.
Para juri datang dari akademisi, dokter hewan, hingga pengurus HPDKI Jawa Barat.
“Di sini kita bersilaturahmi. Tapi yang paling penting, event ini bikin nilai ekonomi ternak naik. Yang juara bisa tembus nasional, bahkan ke Piala Presiden,” kata Asep.
Ketika Tasikmalaya Bicara di Level Nasional
BACA JUGA:Wali Kota Tasikmalaya Dorong Skema Kolaborasi untuk Swadaya Rutilahu Warga Miskin
Kebanggaan itu semakin terasa ketika perwakilan Tasikmalaya tampil di Kontes Ternak Piala Presiden.
Dari enam yang lolos kualifikasi, lima masuk final dan empat ekor masuk nominasi.
Di kandang-kandang desa, kabar itu disambut bahagia.
Para peternak merayakannya dengan sederhana, nasi liwet, obrolan hangat, dan tawa yang menular.
BACA JUGA:Kultur Asrama Masih Dibangun, Sekolah Rakyat di Kota Tasikmalaya Hadapi Tantangan Awal
“Alhamdulillah, ada yang juara 4 seni ketangkasan domba Garut kelas A. Dua nominasi Raja Petet, satu nominasi Raja Kasep. Ini pencapaian luar biasa,” ujar Asep, tak menyembunyikan rasa bangganya.