CIHIDEUNG — Paham radikalisme yang menjadi cikal bakal terorisme bisa muncul di mana saja, termasuk di Tasikmalaya. Salah satu kalangan yang cukup rawan yakni generasi milenial yang berada fase pencarian jati diri.
Sekretaris Badan Kesbangpol Kota Tasikmalaya Yudi Kustiadi menjelaskan pada Kamis (1/4/2021) pihaknya melakukan rapat dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Hal ini menyikapi beberapa kejadian aksi terorisme khususnya di Mabes Polri dan Makasar. “Pembahasannya melibatkan BNPT dan Kesbang se-Jawa Barat,” ungkapnya kepada Radar, Jumat (2/4/2021).
Hal itu dikuatkan dengan kejadian di Mabes Polri, di mana ZA (26) berani menyusup dan menodongkan senjata kepada aparat. Meskipun belum dipastikan apa tujuan perempuan muda tersebut melakukan hal itu. “Dia kan masih muda sekali, tapi sampai berani melakukan hal tersebut,” katanya.
Jika dipersempit, ada dua kelompok yang cukup rawan dipengaruhi paham radikal. Di antarnya yakni keluarga narapidana teroris sebelumnya. “Makanya pemerintah berupaya menjaga agar tidak mendapatkan provokasi,” terangnya.
Selain itu, ada juga orang yang kurang bersosialisasi dan dipengaruhi konten-konten radikal di internet. Kelompok ini yang terbilang cukup sulit untuk diantisipasi. “Istilahnya lone wolf, jadi dia mendapat pengaruh dari informasi liar di internet,” katanya.Ada pun upaya dari pemerintah, muncul program Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE). Sesegera mungkin program tersebut akan segera dilaksanakan. “Pada prinsipnya, program itu dibentuk untuk menekan penyebaran paham radikal,” tuturnya.
Di samping upaya pemerintah, masyarakat pun diminta agar ikut berpartisipasi menangkal paham radikal. Yakni dengan saling memberikan perhatian dan edukasi kepada orang-orang di lingkungannya. “Karena peran dari masyarakat tidak kalah penting,” pungkasnya. (rga)