SETIAP tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda. Sebuah momentum monumental yang menandai lahirnya kesadaran kolektif generasi muda Indonesia untuk bersatu, berbahasa satu, dan berbangsa satu: Indonesia.
Sumpah Pemuda bukan hanya ikrar historis, tetapi juga pancaran jiwa perjuangan: tekad untuk menanggalkan sekat kesukuan dan membangun cita-cita kebangsaan yang luhur.
Namun, jika kita menatap lebih dalam, semangat Sumpah Pemuda sejatinya adalah semangat dakwah dan pencerahanyakni panggilan untuk membangun manusia yang berilmu, beriman, dan berkarakter.
Di sinilah Muhammadiyah, sejak awal berdirinya tahun 1912, menanamkan ruh perjuangan yang sama: membebaskan umat dari kejumudan, memberdayakan masyarakat melalui pendidikan, dan menegakkan amar maruf nahi munkar dalam arti sosial yang luas.
Pemuda: Pilar Dakwah dan Regenerasi Peradaban
Muhammadiyah memahami bahwa keberlanjutan dakwah tidak akan kuat tanpa generasi muda yang tangguh. Maka lahirlah berbagai organisasi otonom kepemudaan sebagai wujud kaderisasi dan pengabdian.
Pertama, Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang berdiri pada 16 Mei 1931 sebagai pelopor gerakan perempuan muda yang berkemajuan, memadukan spiritualitas, intelektualitas, dan kepemimpinan sosial dengan mengedepankan kelembutan jiwa dengan kekuatan visi, mengokohkan peran muslimah dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Kedua, Pemuda Muhammadiyah (PM) yang berdiri pada 2 Mei 1932, tegak di garis depan perjuangan sosial-keagamaan yang menekankan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dan kepemimpinan umat, menanamkan semangat jihad intelektual dan aksi nyata di tengah masyarakat.
BACA JUGA:Warga dan Pemerintah Kota Tasikmalaya Harus Ferak Bersama Atasi Sampah di Gorong-Gorong
Ketiga, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang berdiri pada 18 Juli 1961, menjadi wadah pembinaan pelajar muslim berakhlak dan berdaya pikir maju, menyiapkan generasi penerus yang siap menatap masa depan dengan iman, ilmu dan kreativitas.
Keempat, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang berdiri pada 14 Maret 1964, lahir dari rahim kampus sebagai ruang dialektika intelektual yang mengintegrasikan iman, ilmu, dan amal dalam kehidupan akademik dan sosial, menghidupkan semangat religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.
Keempat organisasi otonom ini secara informal biasa disebut Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Masing-masing merupakan sayap dakwah yang menyalurkan energi muda ke arah yang mencerahkan.
Menjadikan idealisme tidak sekadar seruan, tetapi tindakan yang menghidupkan nilai Islam dalam realitas sosial.
BACA JUGA:Ramai Cara Persib Bandung Menang dengan 10 Pemain Lawan Persis Solo