Ketika RW di Tasikmalaya ini Tolak Program Baru KDM Demi Keberlanjutan Gotong Royong Mandiri

Selasa 07-10-2025,14:00 WIB
Reporter : Rangga jatnika
Editor : Rezza Rizaldi

Selain membantu memenuhi kebutuhan sosial, Gerbu membawa manfaat lain yang tak disangka. 

Kunjungan harian membuat pengurus mengenal lebih dekat kondisi setiap keluarga. 

Mereka tahu siapa yang sedang sakit, siapa yang kehilangan pekerjaan, bahkan bisa mendeteksi masalah rumah tangga. 

“Gerbu bukan cuma gerakan iuran, tapi juga bentuk kepedulian sosial. Setiap hari kami saling menyapa, saling tahu kabar,” tuturnya.

BACA JUGA:Dari Bung Tomo Wafat hingga Hari Jadi Kota Yogyakarta

Namun, keberhasilan itu justru membawa tantangan baru. 

Saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) memperkenalkan program Sapoe Sarebu, gerakan serupa yang mendorong warga menyisihkan Rp 1.000 per hari, warga RW 5 justru menolak ikut.

Bagi mereka, program yang sudah berjalan baik tak perlu digandakan. 

“Kalau ikut dua-duanya, berarti warga harus setor Rp 2.000 per hari. Kami khawatir justru memberatkan dan membuat bingung,” ujar Ustaz Iri.

BACA JUGA:Pendaftaran Bantuan Riset Indonesia Bangkit Dibuka Pertengahan Oktober 2025

Ia menegaskan, penolakan ini bukan bentuk penentangan terhadap pemerintah atau KDM, melainkan sikap realistis agar tidak terjadi tumpang tindih. 

“Kami dukung niat baik siapa pun, tapi warga sudah punya sistem sendiri yang transparan dan dipercaya,” ujarnya.

Setiap pekan, laporan keuangan Gerbu diumumkan secara terbuka di khutbah Jumat dan pengajian ibu-ibu. 

Warga tahu uang mereka digunakan untuk apa, dan berapa yang tersisa di kas. 

BACA JUGA:Prompt Foto Hidup Mewah & Glamor, Bikin Kamu Sekelas Sultan

“Transparansi itu kunci kepercayaan,” tegas Agus Semiaji, bendahara Gerbu.

Kategori :