Kunci dari permainan ini terletak pada peran bek sayap yang aktif menyerang ke dalam lapangan, sering melakukan kombinasi cepat dengan pemain sayap.
Conceicao juga dikenal dengan fleksibilitas empat pemain menyerangnya, yang kerap melakukan pertukaran posisi untuk membuka ruang dan menciptakan peluang.
Penekanan lainnya adalah eksplosivitas pemain individu di sayap. Pemain-pemain seperti Rafael Leão dan Samuel Chukwueze akan sangat diandalkan dalam pola ini, dengan dribbling agresif untuk memecah lini pertahanan lawan.
Conceicao juga dikenal menggunakan penyerang yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki mobilitas tinggi.
Dalam fase bertahan, Conceicao mengandalkan tekanan tinggi yang terorganisir, dengan formasi 4-1-4-1.
Pendekatan ini memaksa lawan kehilangan bola di area yang menguntungkan untuk transisi cepat.
Tim tidak hanya bertahan secara pasif tetapi aktif mencoba merebut bola dengan tekanan maju di sepertiga lapangan lawan.
Setelah merebut bola, transisi dilakukan secara langsung dengan mencari kedalaman atau mengandalkan kecepatan pemain sayap.
Namun, adaptasi akan dibutuhkan, mengingat para pemain Milan seperti Leão dan Chukwueze harus memahami cara bertahan dan menyerang dengan pola ini.
Selain itu, AC Milan mungkin membutuhkan tambahan striker untuk mendukung sistem ini, di samping nama-nama seperti Álvaro Morata dan Tammy Abraham.
Peran Gelandang dan Pemain Tengah
Gelandang akan memainkan peran vital dalam pendekatan Conceicao. Misalnya, Yunus Musah dan Tijjani Reijnders diharapkan dapat menjalankan fungsi yang berbeda: satu sebagai gelandang dengan kemampuan menembus lini (box-to-box) dan satu lagi lebih bertahan, tetapi tetap memiliki izin untuk membantu serangan.
Namun, bagaimana peran Christian Pulisic dan Ruben Loftus-Cheek digunakan juga masih menjadi tanda tanya.
Keduanya perlu beradaptasi dengan sistem yang menuntut keseimbangan antara menyerang dan bertahan, di mana kreativitas tetap penting tetapi tanpa melupakan soliditas lini tengah.