TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Insiden tragis menimpa seorang pelajar, H (11), siswa kelas 5 SD, yang terseret arus kuat di saluran irigasi Sungai Citanduy, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Minggu 3 Oktober 2024, ketika tiga pelajar yang sedang menikmati liburan mengikuti kegiatan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) berinisiatif bermain di area saluran irigasi tersebut.
Menurut Bima Maulana, guru pendamping para siswa, insiden bermula ketika ketiga pelajar itu bermain air tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
Saat mereka tengah asyik mengikuti arus saluran irigasi, pintu air tiba-tiba terbuka, menyebabkan aliran air menjadi sangat deras.
BACA JUGA:Konflik Denny Sumargo dan Farhat Abbas. Densu Datangi Rumah Pengacara Kontroversial, Farhat Abbas
Bima, yang berada di lokasi bersama seorang guru lainnya, segera bertindak untuk menyelamatkan mereka. Meski berhasil mengamankan dua siswa, Bima tak mampu menyelamatkan H yang terseret lebih jauh.
“Awalnya mereka hanya bermain air tanpa mengetahui bahwa pintu air akan terbuka. Saat itu arus berubah sangat deras, saya hanya sempat menyelamatkan dua anak, sementara H hilang dalam hitungan detik,” ujar Bima dengan nada sedih dan mata berkaca-kaca.
Setelah kejadian tersebut, kepanikan langsung menyelimuti lokasi. Berita hilangnya H dengan cepat menyebar, mengundang keprihatinan masyarakat setempat, terutama teman-teman dan keluarga korban.
Tim SAR gabungan pun segera dikerahkan untuk melakukan pencarian. Dipimpin oleh Polsek Indihiang dan didukung oleh TNI, BPBD Kota Tasikmalaya, serta Basarnas, upaya pencarian dimulai dengan menyusuri aliran sungai yang terhubung langsung dengan saluran irigasi tempat korban hilang.
BACA JUGA:Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia Tanpa Asnawi Mangkualam di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Pada hari pertama pencarian, Minggu 3 November 2024, Tim SAR mengerahkan sekitar 70 personel yang terbagi dalam beberapa kelompok.
Menurut Koordinator Pos SAR Basarnas Tasikmalaya, Bagus Prayogo, proses pencarian ini dibagi menjadi dua kelompok atau search and rescue unit (sru).
Sru pertama memanfaatkan tiga perahu rafting untuk menyisir area sungai sepanjang dua kilometer dari lokasi kejadian di wilayah Tonjong.
Sementara sru kedua bertugas melakukan penjagaan dan penyisiran di sekitar wilayah Tonjong untuk memastikan setiap titik area pencarian tidak terlewatkan.