TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Di era modern ini, akses listrik sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun, di Kampung Cikuda, Kelurahan Setiawargi, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, masih ada rumah-rumah yang belum menikmati fasilitas dasar ini.
Sebanyak 13 rumah di RT 2 RW 4 terpaksa 'menumpang' listrik dari tetangga untuk kebutuhan sehari-hari.
Salah satu warga, Dani (31), baru saja mendapat bantuan kWh listrik dari PLN UP3 Tasikmalaya pada 15 Agustus 2024, setelah tiga tahun bergantung pada listrik milik mertuanya.
"Alhamdulillah, saya sangat bahagia. Sebelumnya, saya harus menumpang listrik di rumah mertua sejak 2019. Akhirnya sekarang saya punya listrik sendiri," ujarnya penuh syukur kepada Radar Tasikmalaya, Kamis 15 Agustus 2024.
Meskipun kini memiliki akses listrik, Dani mengaku tidak memiliki peralatan elektronik yang membutuhkan banyak daya.
Subsidi Rp 50.000 yang diterimanya cukup untuk membayar listrik selama tiga bulan, digunakan hanya untuk penerangan dan mengisi daya ponsel.
Kisah serupa dialami oleh Armilah (70), yang selama puluhan tahun hidup tanpa listrik. Hingga akhirnya, pada 2020, ia membeli kWh listrik seharga Rp 1,4 juta.
"Dari kecil belum ada listrik, masih pakai lampu teplok," kenangnya.
Meski rumahnya telah direnovasi melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), banyak aktivitas sehari-harinya yang masih mengandalkan cara tradisional, seperti memasak dengan hawu dan mencuci menggunakan air sungai.
Permasalahan akses listrik ini baru terungkap ketika Oom Maryamah, koordinator Kader Posyandu Setiawargi, kesulitan mencari sumber listrik untuk menimbang bayi dengan timbangan digital.
"Saat saya hendak menimbang, saya diminta mencolokkan timbangan ke listrik, tapi ternyata rumahnya tidak punya listrik," jelasnya.