TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Kesejahteraan petani padi di Kota Tasikmalaya terus tertinggal dibandingkan dengan sektor lain, meski harga beras terus melonjak.
Bagi konsumen, kenaikan harga ini semakin memberatkan, sementara para petani justru tidak merasakan dampak positif dari tingginya harga tersebut.
Ketua Tani Merdeka, Nandang Suryana, mengungkapkan bahwa petani padi seringkali dihadapkan pada ketidakpastian harga dan pasar yang tidak stabil.
"Menjadi petani itu seperti berjudi, tidak ada jaminan harga yang pasti. Semua diserahkan ke mekanisme pasar," ujar Nandang, kemarin Rabu 14 Agustus 2024.
BACA JUGA:Bupati Tasikmalaya Tegaskan Seluruh Paskibra Akan Kenakan Jilbab pada Upacara 17 Agustus
Nandang menyoroti perlunya Kota Tasikmalaya memiliki konsultan pertanian yang dapat mendeteksi dan memanfaatkan potensi lahan pertanian secara optimal.
Dia juga menilai Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya kurang berperan aktif dalam menghadapi masalah yang dihadapi para petani.
"Dinas terkait seharusnya lebih terjun ke lapangan untuk memahami dan menyelesaikan permasalahan petani," tegasnya.
Menurut Nandang, salah satu faktor yang membuat Kota Tasikmalaya menjadi salah satu kota termiskin di Jawa Barat adalah rendahnya kesejahteraan petani dan buruh.
Selain itu, Nandang juga mengkritisi kurangnya pemanfaatan lahan pertanian potensial dan sumber daya alam lainnya di Kota Tasikmalaya.
"Banyak produk pertanian yang dijual di Kota Tasikmalaya justru berasal dari luar daerah, padahal kita memiliki potensi lahan yang luar biasa," jelasnya.
Nandang menambahkan bahwa jika pejabat dinas di Kota Tasikmalaya tidak bekerja lebih serius dan terarah, keuntungan ekonomi justru akan terus mengalir ke daerah lain.
"Artinya, uang dari Kota Tasikmalaya diambil keluar, dan keuntungan ekonomi yang kecil," pungkasnya.