Namun, ada kalanya ia harus mempercepat langkah saat melihat sesuatu yang menakutkan.
“Kalau ada yang mencurigakan, saya tinggal lari cepat ke tempat yang lebih terang,” ceritanya sambil tersenyum.
Intan berharap, fasilitas di Dadaha bisa lebih ditingkatkan, terutama dalam hal pencahayaan.
Ia menginginkan suasana yang lebih estetik seperti di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta.
“Sekarang semakin banyak orang yang jogging, tidak hanya pagi dan siang, tapi juga malam. Semoga bisa ada lampu estetik seperti di GBK,” harapnya.
Menurut Intan, penataan yang lebih menarik akan membuat Dadaha semakin diminati oleh warga.
“Di Jakarta, orang-orang berbondong-bondong ke GBK hanya untuk lari, karena treknya besar dan menarik. Dadaha bisa jadi seperti itu,” tutupnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa beberapa lampu di Dadaha masih redup atau bahkan mati, membuat sebagian pengunjung enggan berolahraga di area yang kurang pencahayaan tersebut.
Meskipun begitu, bagi Intan, trek malam di Dadaha tetap menjadi pilihan untuk melepaskan penat setelah seharian bekerja.