BMKG merekomendasikan beberapa langkah mitigasi dan antisipasi. Salah satunya adalah penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi waduk di daerah yang berpotensi mengalami kekeringan dan untuk meningkatkan tingkat air tanah di daerah rawan karhutla atau lahan gambut.
BACA JUGA: Ini Jadwal Gaji ke-13 PNS dan Pensiunan Cair, Tak Ada Potongan Iuran dan Kredit Pensiunan
Agar modifikasi cuaca efektif dan efisien, BMKG berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Pertanian memastikan konektivitas jaringan irigasi dari waduk ke daerah terdampak kekeringan memadai.
Untuk pemerintah daerah, BMKG menyarankan agar daerah yang masih mengalami hujan atau sedang dalam transisi dari musim hujan ke musim kemarau segera mengoptimalkan upaya pemanenan air hujan.
Pemanenan air hujan bisa dilakukan melalui tandon, embung, kolam retensi, sumur resapan dan metode lain seiring dengan upaya mitigasi dampak kejadian ekstrem hidrometeorologi basah.
Dalam sektor pertanian, pola dan waktu tanam perlu disesuaikan dengan iklim kering di wilayah terdampak. BMKG akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Menteri Pertanian dan gubernur provinsi terdampak.
Dwikorita berharap informasi peringatan dini kesiapsiagaan musim kemarau ini dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pemerintah pusat dan daerah.