RADARTASIK.COM – Gianfranco Zola menganggap AC Milan Arrigo Sacchi membuat pemain nomor 10 mati saat diwawancarai oleh Corriere della Sera.
Saat berbicara kepada media Italia tersebut, Zola membahas pengaruh Sacchi saat melatih AC Milan semakin membuat pemain nomor 10 klasik semakin kehilangan tempatnya.
Arrigo Sacchi adalah pelatih legendaris yang memimpin AC Milan pada awal tahun 1990-an yang mengubah sepak bola di Italia dengan taktik dan filosofi permainan yang revolusioner.
Salah satu ciri khas taktik Sacchi adalah pressing tinggi. Dimana semua pemainnya akan mengejar lawan di seluruh lapangan, mencoba untuk merebut bola secepat mungkin dan menghentikan serangan lawan sebelum mereka bisa membahayakan pertahanan Milan.
Sacchi juga sering meminta pemainnya untuk memiliki kemampuan yang serbaguna untuk memberikan fleksibilitas dalam taktiknya dan memungkinkan tim untuk beradaptasi dengan berbagai tatik lawan.
Formasi yang paling sering digunakan oleh AC Milan di bawah Sacchi saat itu dengan menggunakan formasi 4-4-2 dimana empat gelandang dan dua penyerang harus bekerja sama untuk menekan lawan saat kehilangan bola dan mencetak gol.
Hasil dari taktik Arrigo Sacchi adalah kesuksesan besar bagi AC Milan di tingkat domestik dan internasional.
Rossoneri memenangkan banyak gelar, termasuk Liga Champions UEFA, Seri A Italia, dan Piala Super UEFA dan taktik Sacchi dianggap sebagai salah satu yang paling ikonik dalam sejarah sepak bola dan telah memberikan kontribusi besar dalam mengubah cara permainan hingga kini.
BACA JUGA:BUAT Kamu Saldo OVO Gratis Hingga Rp80 Ribu, Buruan Belanja Kebutuhan di Merchant Partner Ini
Namun, bagi Gianfranco Zola, taktik Arrigo Sacchi adalah simbol kematian bagi pemain nomor 10 seperti dirinya dan Roberto Baggio.
Ia menjelaskan bagaimana mereka terpaksa harus bermain tidak dalam posisi yang ideal karena pengaruh dari Arrigo Sacchi.
"Ini adalah proses yang dimulai pada akhir tahun 1990-an dengan Sacchi. Bersamanya, lebih sedikit ruang yang diberikan untuk kreativitas dan lebih banyak ruang untuk organisasi," kata Zola.
"Sebelumnya, semua tim disusun dengan cara yang sama, dengan pertahanan yang sangat kuat dan pencetak gol yang mampu melumpuhkan lawan," lanjutnya.
"Dua gelandang yang merebut bola akan mengumpan kepada pemain nomor sepuluh, atau setidaknya kepada regista, yang mengatur permainan, dan menciptakan assist untuk sang striker," paparnya.