Dirinya yakin Abu Nawas kali ini akan bisa dia permalukan jika menjawab yang mana saja dari pertanyaannya.
Abu Nawas yang cerdik menatap wajah hakim. Dalam hatinya dia bergumam kalau hakim ini harus diberi pelajaran.
“Tentu saja kekayaan yang akan saya pilih,” jawab Abu Nawas mantap.
BACA JUGA:Nokia G42 5G Bisa Diperbaiki Sendiri di Rumah, Penasaran Kan? Simak Spesifikasi di Sini
“Hahaha. Masa Tuan Abu Nawas pilih kekayaan. Kok seorang cendikiawan seperti tuan lebih mengutamakan kekayaan daripada kebijaksanaan. Menurut saya ini memalukan!” ledek sang Hakim dengan tawa kemenangan.
Abu Nawas diam. Dia biarkan hakim itu menuntaskan tawa senangnya.
Setelah hakim berhenti tertawa,”Memangnyanya salah kalau saya memilih kekayaan?” tanya Abu Nawas.
“Ya. Seharusnya seorang cendikiawan yang dikenal cerdik seperti tuan menempatkan kekayaan setelah kebijaksanaan,” jawab hakim.
“Lalu kalau tuan sendiri diberi pilihan itu akan memilih yang mana?” balik bertanya Abu Nawas.
“Tentu saya akan memilih kebijaksanaan. Apalagi saya seorang hakim,” sigap sang hakim menjawab.
“Oh Begitu. Dengarkan ya tuan hakim. Seseorang itu akan memilih sesuatu yang belum dimilikinya!” tegas Abu Nawas.
Mendengar perkataan Abu Nawas itu sang hakim langsung terdiam.
Dirinya merasa kembali dipermalukan oleh Abu Nawas yang cerdik.
Hakim tidak menyangka pertanyaan jebakan untuk Abu Nawas malah menjebak dirinya sendiri.
Hakim kini benar-benar menyadari kalau Abu Nawas yang cerdik itu bukan omong kosong.
Buktinya Abu Nawas bisa dengan mudah memutar serangan kalimat dari dirinya yang tidak terduga sebelumnya.