Costacurta menyoroti pentingnya peran simbolis dan dukungan para penggemar dalam keberhasilan klub. Ia juga menunjukkan ketertarikan dan ketidakpastian terhadap perubahan yang terjadi di AC Milan pasca kepergian Paolo Maldini.
Selain penjualan Tonali, Cardinale juga dikritik atas rencananya yang melibatkan penggunaan statistik dan melibatkan tokoh Moneyball, Billy Beane.
Pendekatan ini dianggap oleh beberapa pihak sebagai kurang memahami cara kerja sepak bola di Italia.
Tahun lalu, ketika Gerry Cardinale bersama RedBird mengakuisisi AC Milan, ia memberikan gambaran jelas tentang masa depan Rossoneri.
Menurutnya, tim yang terus menjadi juara akan bertentangan dengan prinsip awal sebagai investor yang membeli AC Milan untuk mencari laba.
“Dalam olahraga, Anda tidak dapat membeli gelar,” tuturnya.
“Saya jelas ingin memenangkan Scudetto dan Liga Champions setiap tahun, tetapi jika kami melakukannya, itu akan bertentangan dengan pekerjaan kami,” tambahnya.
“Tugas kami adalah mendapatkan laba atas investasi ini dan jika setiap tahun orang yang sama menang, itu tidak akan berhasil,” jelasnya.
Menurutnya, investor yang terjun ke dalam dunia sepak bola tak hanya bertujuan menjadi juara, tapi lebih memilih klubnya tampil konsisten.
“Hal yang menurut saya fenomenal adalah banyak orang datang ke olahraga ini dan berpikir bahwa 'Tujuannya adalah memenangkan kejuaraan,” ungkapnya.
“Tentu saja, kita semua ingin menang, tetapi jika Anda melihatnya melalui lensa investor yang murni non-emosional, tujuannya adalah untuk tampil secara konsisten,” tegasnya.
Yang mengejutkan, Gerry Cardinale bahkan tak tahu klub yang dibelinya memiliki gelar juara Liga Champions terbanyak setelah Real Madrid.
“Salah satu hal yang mengejutkan saya adalah Milan memiliki trofi Liga Champions terbanyak kedua setelah Real Madrid. Saya tidak benar-benar mengikuti itu,” pungkasnya.