“(Pemain) yang lain usia di 20, 23 dan 24 tahun,” kata Ajat Sudrajat.
“Nah dari sana, saya awal mula dipanggil Persib,” ujar Ajat Sudrajat mengenang.
“Waktu itu juara 3,” terangnya.
Tak lama setelah pulang dari Yusuf Cup di Makassar, pelatih asal Polandia, Marek Janota datang ke Bandung dan melatih Persib.
“Pulang ke sini (Bandung), masuklah Marek (Janota),” ujar Si Arab, panggilan Ajat Sudrajat.
Begitu Marek Janota masuk Persib, dipanggilah para pemain muda. Diantaranya Iwan Sunarya dan lainnya yang biasa bermain di Persib B. Termasuk Ajat Sudrajat dan Yusuf Bachtiar.
Nah, gaya melatih Marek Janota yang mengandalkan daya tahan fisik membuat pemain senior Persib pilih mundur.
“Karena mereka tidak kuat latihan dengan Marek (Janota), akhirnya mereka pada mundur,” kenang Ajat.
Seperti pelatih Eropa Timur umumnya, Marek Janota mementingkan daya tahan pemain dengan latihan-latihan fisik yang keras.
Sementara Ajat Sudrajat yang saat itu masih berusia 18 tahun menikmati model latihan Marek Janota.
“Senang aja dilatih dengan Eropa Timur,” ujar Ajat.
“Jadi kita itu dilatih endurance, daya tahan dan dasar sepak bola itu oleh Marek,” kenang Ajat lagi.
Ada alasan mengapa Marek Janota mementingkan fisik pemain Persib saat itu.
“Marek (Janota) lebih mengandalkan daya tahan waktu itu karena skil individu sudah terasah,” ujar Ajat Sudrajat menerangkan.
Apakah Marek Janota yang membentuk karakter Ajat Sudrajat? “Ya betul. Yang paling dominan (Marek Janota),” akunya.
Pada tahun 1980-1981, kata Ajat, Persib saat itu degradasi.