Memasuki dekade 1970-an, prestasi Persib di kompetisi atau turnamen-turnamen. Diantaranya, Surya Cup (Surabaya) 1978, Yusuf Cup (Makasar) dan Tugu Muda (Semarang).
Nah, pada 1980, Persib kembali ke Divisi Utama bersama PSIS Semarang, Persema Malang dan PSP Padang untuk melengkapi 6 tim lain di Divisi Utama yaitu Persija Jakarta, PSMS Medan, Persipura Jayapura, PSM Makassar, Persebaya Surabaya dan Persiraja Banda Aceh.
Pada 1983, Persib kembali ke Divisi Utama pada Kompetisi Perserikatan 1983.
Sementara itu pada final Perserikatan musim 1985 di Stadion Utama Senayan pada 23 Februari 1985, laga Persib vs PSMS Medan ditonton 150.000 orang.
Dan sampai saat ini laga Persib vs PSMS Medan ditonton 150.000 orang itu belum dapat tersaingi.
Pada Final tersebut, Persib kalah oleh PSMS lewat adu penalti 3-2 setelah di waktu normal skor 2-2.
Akhirnya, Persib menjadi juara Divisi Utama pada musim 1986 untuk pertama kali sejak musim 1961.
Saat Adeng Hudaya dan kawan-kawan mengalahkan Perseman Manokwari 1-0 lewat gol tunggal Djadjang Nurdjaman yang kini melatih Persikabo 1973.
Namun Persib gagal mempertahankan gelar juara bertahan Perserikatan pada musim 1986/1987.
Meski demikian, di masa itu Persib menerima kunjungan klub PSV Eindhoven dari Belanda pada 11 Juni 1987.
Laga antara Persib vs PSV Eindhoven dilaksanakan di Stadion Siliwangi, Kota Bandung. Persib saat itu kalah 6-0.
Satu tahun setelah laga di Siliwangi, PSV Eindhoven menjuarai Piala Champions 1987-1988.
Baru pada musim 1989/1990, Persib kembali menjadi juara Perserikatan dengan mengalahkan PSM Makassar 2-0.
Gol Persib vs PSM Makassar dicetak gol bunuh diri Subangkit dan Dede Rosadi.
Sedangkan di awal 1990-an, Persib kembali menjadi juara Perserikatan pada musim 1993/1994.
Kompetisi Perserikatan pada musim 1993/1994 merupakan yang terakhir karena dilebur menjadi Liga Indonesia (LI).