Juara bertahan Prancis mengikuti jejak Brasil (tahun 2002) yang mencapai final berturut-turut, dan menjadi tim Eropa yang mencapai prestasi tersebut sejak Jerman 32 tahun lalu.
Mengunjungi para pemain di ruang ganti, Emmanuel Macron memberikan penghormatan dan dukungannya kepada pelatih Didier Deschamps.
"Rekan kami membutuhkan kegembiraan yang sederhana dan murni, olahraga menyediakannya dan sepak bola khususnya. Saya jauh lebih baik sekarang daripada satu setengah jam yang lalu,” kata Emmanuel Macron diktip dari Livescore.
"Kami sangat menderita, tetapi kami melihat tim yang hebat. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pelatih kami dan tim ini, yang sebenarnya merupakan campuran dari beberapa generasi, dan itulah yang hebat,” ungkapnya.
"Kami akan membawa kembali piala, dan tentu saja Deschamps harus bertahan. Tim Prancis ini membuat saya sangat bangga," akunya.
Prancis memasuki pertandingan semifinal tanpa Adrien Rabiot yang yang absen karena sakit, dengan Youssouf Fofana kemudian menggantikan posisinya di jantung lini tengah.
“Sayang sekali Adrien tidak ada di sini untuk merayakannya. Saya harap dia akan ada di sana pada hari Minggu,” ucap Youssouf Fofana kepada beIN SPORTS..
"Tidak mudah menggantikannya, sulit untuk mencapai level dia sejak awal kompetisi. Kami bekerja sama dan itu berhasil bagi kami," lanjutnya.
Sedangkan pencetak gol cepat Perancis melawan Maroko, Theo Hernandez menambahkan pertandingan final ideal melawan Argentina akan hebat.
"Memainkan dua final berturut-turut itu luar biasa. Kami melakukan pekerjaan dengan baik, itu sulit,” ucapnya dikutip dari TF1:
“Final melawan Argentina, kami tahu ini akan menjadi pertandingan yang hebat, kami akan bekerja keras untuk menang. akhir ini," pungkas bek AC Milan tersebut.