“Kami memenangkan bola, saya memiliki satu orang lagi untuk dikalahkan, saya ingin memotong ke dalam tetapi bek juga pergi ke sana, jadi masuk saja. saat saya pergi ke kiri lagi dan mengayunkan kaki kiri,” tuturnya.
"Untuk selebrasi itu saya tidak benar-benar tahu apa yang harus dilakukan. Kepala saya ditampar oleh rekan satu tim dan pemain pengganti sekitar 100 kali. Itu menunjukkan seberapa besar tim kami. Semua orang di sini untuk satu sama lain, begitu senang menjadi bagian dari tim ini," terangnya.
Di sisi lain, Pelatih Denmark, Kasper Hjulmand tidak ingin berbicara terlalu banyak tentang performa timnya, lebih memilih menunggu sampai dia memiliki kesempatan untuk memprosesnya.
"Kami tidak mencapai level kami, tidak diragukan lagi. Kami tidak menghasilkan kualitas yang kami bisa. Adalah tanggung jawab saya bahwa ketika Anda datang ke Piala Dunia, Anda mencapai level terbaik Anda dan kami tidak melakukan itu," sesalnya.
Denmark memiliki 68,8 persen penguasaan bola dan menciptakan 13 peluang, tetapi hanya mencapai target tiga kali di Stadion Al Janoub saat mereka tersingkir dari turnamen.
"Kami belum bermain dengan tempo dan ritme. Kami memulai dengan baik, tetapi struktur kami keluar dari pertandingan. Kualitasnya terlalu sedikit,” terangnya.
"Kami seharusnya tidak masuk dengan emosi seperti itu, tapi seharusnya menunjukkan kualitas yang lebih. Kualitas kami bagus melawan Prancis, tapi di dua pertandingan lainnya itu tidak cukup bagus,” ulas Kasper Hjulmand.