Akhirnya siapa yang jadi pimpinan Muhammadiyah sudah terseleksi secara ketat. Berjenjang. Transparan.
Hampir tidak mungkin terjadi kasus ''salah pilih''. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 20 November 2022: Cadaver Plus
Mohamad Hadi Pranoto
seinget saya, ada 1 kejadian di Daerah Istimewa Yogyakarta terkait pembuatan logo/branding JOGJA yg ternyata malah terbaca TOGUA karena bentuk hurufnya yg aneh saat saya baca berita, lho ko' ada peran beliau disana logo itu jd bulan²an warga, kemudian warga sumbang saran dan jadilah logo JOGJA warna merah yg sekarang saat itu saya seperti melihat perusahaan private besar dilawan masyarakat
Mbah Mars
Dari arena Muktamar Muhammadiyah 48 didapatkan info 13 orang calon Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2022/2227: 1. Prof. Dr. Haidar Nashir (2203) 2. Prof. Dr. Abdul Mu'ti (2159) 3. Dr. Anwar Abbas (1820) 4. Dr. M. Busyro Muqoddas (1778) 5. Prof. Dr. Hilman Latief (1675) 6. Prof. Dr. Muhadjir Effendy (1598) 7. Prof. Dr. Syamsul Anwar (1494) 8. Dr. Agung Danarto (1489) 9. Dr. M. Saad Ibrahim (1333) 10. Prof Dr. Syafiq Mughni (1152) 11. Prof Dr. Dadang Kahmad (1119) 12. Drs. Ahmad Dahlan Rais (1080) 13. Prof. Dr. Irwan Akib (1001) Tiga belas orang itu akan memilih ketua umum. Prediksi saya Pak Haidar Nasir masih akan menjabat ketua umum. Selamat memajukan Indonesia. Mencerahkan semesta.
Mirza Mirwan
"Maaf, Pak, mau tanya: dalam Islam apakah boleh jenasah seseorang dijadikan kadaver?" Pertanyaan itu keluar dari mulut teman putri sulung saya semasa SMA yang kuliah di kedokteran, ketika berkunjung dalam rangka lebaran. Ia anak yang, menurut saya, sangat religius. Juga santun. Saya terkejut, tentu saja, ditanya seperti itu. Saya benar-benar tidak tahu boleh tidaknya soal jenasah dijadikan kadaver. Tetapi dalam sekejap saya teringat siapa pelopor kedokteran bedah modern. "Mase tahu, nggak, siapa pelopor kedokteran bedah modern?" saya balik bertanya. Ia menggeleng, "Tidak tahu, Pak." "Beliau ini seorang muslim, Mas. Namanya Abu al-Qasim al-Zahrawi, yang juga dokter di istana Khalifah al-Hakam II dari Dinasti Umayyah, abad 10. Kalau Islam tidak membolehkan jenasah dijadikan kadaver, pastilah Khalifah al-Hakam II melarangnya
Mirza Mirwan
kepencet. Sebab Khalifah kan dikelilingi ulama. Kenyataannya tidak dilarang. Bahkan buku karyanya tentang ilmu bedah itu dua abad kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Lalu dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah bersabda bahwa ada tiga amal keturunan Adam yang tidah putus setelah meninggal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak salih yang mau mendoakan. Nah, bukankah menjadi kadaver itu termasuk ilmu yang memberi manfaat? Tapi itu menurut penafsiran bapak, Nak." Teman putri saya mengangguk-angguk. Dan anak itu sekarang menjadi residen untuk spesialis bedah syaraf. Semoga Allah memudahkan prosesnya. Tabik.
Sama Konomaharu
Marketing cuma pintu masuk ke management. Terutama bagian kualitas produk. Sampai ke dampak skala besar. Mau segila apapun cara promosi yang di lakukan kalau dari sisi management biasa saja, hasilnya akan sama saja. Heboh di awal, orang pada takut. Akhirnya serakah. Sampai gila. Ribut harta benda. Dari ke dua titik tadi maka muncul banyak hal. Produknya laku. Tapi meninggalkan banyak luka. Asal exit. Kena ROI (rileks of investment). Korbannya pelanggan. Pada jadi generasi presto. Kaum rebahan, dan generasi top up skin. Apalagi jika sampai menggunakan teknik berjoget ria sementara Anda tau KTP bagian religion orang Indonesia umumnya seperti apa. Bukan nama brand naik, brand yang di bawa justru memberi sedikit kesan negatif. Di anggap ancaman. Besar, atau kecil tetap terkesan negatif. Emas di tanah Papua yang tersembunyi saja tetap laku. Tanpa perlu di iklankan lewat cashback, atau jogetan. Cuma diskusi ringan. Sambil ngopi. Sama nilep rokok Sampoerna.
Lukman bin Saleh
Seorang dokter biasanya mendorong anaknya menjadi dokter. Seorang polisi juga biasanya begitu. Pun seorang jendral juga sama. Jendral Dudung smpai ngambek krn anaknya sepat tdk d terima di Akmil. Tp ada yg unik pada diri Abah. Mendorong anaknya agar tdk spt dirinya. Misalnya Bang Azrul, diupayakan tdk menjadi wartawan. Padahal Abah adalah suhunya wartawan. Dan sekarang Abah bercerita. Agar anaknya tdk mengambil jurusan menejemen. Dan kita sudah tau sendiri bagaimana kemampuan menejemen Abah. Dan pernah sy mendapat cerita dr salah seorang anak angkat Abah dr Bima. Yg disekolahkannya dulu. Mendorongnya untuk mengambil jurusan akutansi. Krn Abah merasa lemah dalam hal itu...
thamrindahlan