RADARTASIK.COM - CEO Inter Beppe Marotta mengatakan kehadiran pemilik asing membuat Inter Milan dan AC Milan bertahan.
Baik Inter Milan dan AC Milan dibeli pemilik asing, Massimo Moratti menjual Nerazzurri ke konsorsium Indonesia yang dipimpin oleh Erick Thohir pada tahun 2013 dan Rossoneri dijual ke Li Yonghong pada tahun 2017.
Inter Milan dan AC Milan mengalami ketidakstabilan prestasi selama bertahun-tahun, baru pada akhir-akhir ini duo Milan menemukan konsistensi, meskipun situasi keuangan Nerazzurri sedikit bermasalah.
Beppe Marotta lalu mengungkapkan bagaimana kehadiran pemilik asing membuat Inter Milan dan AC Milan bertahan ketika berbicara di acara penelitian 'Brave New Sport'.
BACA JUGA: Lesti Kejora Cabut Laporan Kasus KDRT, Rizky Billar Tetap Ditahan, Begini Alasan Polisi
CEO Nerazzurri Beppe Marotta membahas perbedaan bekerja dengan pemilik asli Italia di Juventus dan pemilik asing bersama Inter Milan.
“Jika pertanyaannya mengacu pada transisi Juventus-Inter, Juve memiliki kepemilikan yang telah berlangsung selama seratus tahun dan menciptakan nilai tambah yang sulit dimiliki di tempat lain, seperti kepemilikan dan perencanaan,” ungkap Beppe Marotta.
“Di Inter Milan, tiga pemilik telah berganti dalam delapan tahun, jadi ada ketidakstabilan yang menyebabkan kelelahan yang lebih besar. Tapi ada baiknya kepemilikan asing sudah datang, karena telah memberikan keberlanjutan bagi klub seperti Inter dan AC Milan,” ungkapnya.
Beppe Marotta menambahkan, “Keluarga Zhang telah melakukan banyak upaya dengan mengucurkan 800 juta euro ke Inter Milan, itu bukan hal kecil. Kemudian Anda harus tahu bagaimana membuat tim pemenang, bahkan ketika berada di belakang layar bersama manajemen.”
BACA JUGA: Joss! BRI Raih ’Best Bank for ESG’ dan ’Best Bank for Diversity & Inclusion’ dari Asiamoney
CEO Inter Milan itu lalu berkomentar tentang perlunya menemukan cara baru untuk terlibat dengan penggemar.
“Kami harus memahami apa yang diinginkan penggemar-pelanggan kami, bahkan jika para penggemar mungkin merasa tersinggung dengan definisi ini, karena penggemar dipandang sebagai agama. Namun, kita harus sangat memperhatikan kebutuhan generasi baru,” jelasnya.
“Pada awal 2000-an Anda memiliki dua penyiar dan acaranya adalah pertandingan. Pertandingan hari ini tidak semenarik dulu, sampai-sampai kami sekarang ingin mendiversifikasi (mencari peluang untuk meraih keuntungan) produk kami dengan memperhatikan audiens kami,” lanjutnya.
“Itu normal bahwa media sosial harus diperhatikan, itu adalah evolusi struktural perusahaan,” aku Beppe Marotta.