Nasib Petani di Kota Banjar, Tinggal Tunggu Panen, Lahan Mengering Karena Proyek Irigasi

Sabtu 03-09-2022,10:40 WIB
Reporter : Cecep Herdi
Editor : Ahmad Faisal

BANJAR, RADARTASIK.COM – Para petani menuntut solusi dari dampak pengeringan air akibat adanya proyek normalisasi irigasi yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).

Petani menginginkan ketersedian air agar tanaman padi mereka tidak gagal panen.

Tercatat, ada sekitar 1.200 hektare sawah yang terancam gagal panen lantaran sumber air dari irigasi yang mengaliri sawah mereka dikeringkan.

BACA JUGA:Ini Penyebab Telapak Kaki Bengkak dan Terlihat Kemerahan

“Kami meminta agar aliran air itu segera dibuka supaya petani bisa panen. Karena kan tadinya juga sepakat untuk buka tutup air dalam jarak waktu 15 hari, tapi ini malah ditutup total,” kata Ketua HKTI Kota Banjar Kusnadi melalui sambungan telepon, Kamis 1 September 2022.

Pihaknya mendesak agar saluran irigasi yang mengaliri air ke sawah milik petani segera dibuka.

Sementara itu, hasil audiensi dengan pihak BBWS Citanduy, rencananya saluran irigasi tersebut akan dibuka dalam waktu tiga hari ke depan.

BACA JUGA:Yuk Ikutan Daftar Program Beasiswa Riset Baznas 2022, Dibuka Mulai 5 September, Ini Persyaratannya

“Dari hasil pertemuan kami bersama staf teknis BBWS Citanduy akan ditindaklanjuti dengan membuka saluran irigasi dalam waktu tiga hari ke depan, kita lihat saja nanti,” kata Kusnadi.

Asep, salah satu petani yang mengelola sawah di Blok E Sinartanjung mengakui dampak pengeringan aliran air irigasi cukup membuat khawatir karena tanaman padinya tinggal menunggu panen dua minggu lagi.

Ia juga memantau terus konidisi padi di sawah, dengan kondisi air tidak mengalir lagi. Blok E sendiri, kata dia, ada sekitar 60 hektare sawah. Semua saat ini kekeringan lantaran penutupan aliran air dari irigasi.

BACA JUGA:Breaking news; Pemancing Ikan di Indihiang Tasik Tenggelam di Sungai Citanduy, Tim Gabungan Masih Pencarian

“Air sudah sepuluh hari kering, sumbernya dari aliran irigasi. Ditutup karena ada proyek itu (normalisasi, Red). Saya khawatir sekali karena ini tidak akam maksimal hasil panennya. Padi masih butuh air. Lihat saja tanahnya juga sampai retak-retak karena sudah sepuluh hari kering,” tuturnya di pematang sawah di daerah Sinartanjung.

Menurut Asep, petani tidak serentak saat masa tanam. Saat ini, ada yang sudah selesai panen, ada juga yang beberapa pekan panen, kemudian ada juga sawah yang baru beberapa minggu ditanami padi.

“Yang parah itu di wilayah Sampih Langensari, itu padinya masih kecil. Belum lama ditanam. Airnya kering, itu jelas akan gagal kalau kondisinya tidak ada air terus,” terangnya.

Kategori :