Kesenian Tradisional Badud di Pangandaran Terancam Punah

Sabtu 13-08-2022,20:40 WIB
Reporter : Deni Nurdiansyah
Editor : Ahmad Faisal

PANGANDARAN, RADARTASIK.COM – Kesenian tradisional Badud terancam punah karena tidak adanya regenerasi pada kesenian asli Kabupaten Pangandaran tersebut.

Pewaris seni Badud H Adwidi mengatakan, seni asli Dusun Margajaya Desa Margacinta Kecamatan Cijulang tersebut sudah ada sejak tahun 1868. 

“Seni Badud perpaduan antara alat musik dogdog, calung dan tari topeng. Usianya sudah 100 tahun lebih,” katanya kepada Radar, Jumat (12/8).

BACA JUGA:Gelombang Tinggi, Nelayan Pangandaran Jangan Melaut Dulu

Menurutnya, seni Badud lahir dari para petani yang sedang ngahuma padi pada zaman dulu. 

“Untuk menghibur petani yang sedang ngahuma, lalu tercipta ketukan-ketukan dari alat seadanya, berkembang seperti hingga sekarang,” ujarnya

Selain menampilkan musik tradisional, Badud sering dikombinasikan dengan bodor atau lawakan. 

BACA JUGA:Masuk Babak 16 Besar, Hari Ini Tim PUBG Kota Tasik Hadapi Makodim 0612

Biasanya orang yang melawak memakai topeng hewan buas dan hama, seperti harimau, babi, kera dan lain-lain.

Ia merupakan generasi ke-6 pemegang warisan Badud. Namun kini seni itu sudah terancam punah. 

“Generasi muda sudah jarang yang mau mengeluti seni Badud. Entah generasi ke-7 akan lahir atau habis di generasi ke-6,” ucapnya.

BACA JUGA:Masuk Musim Panen, Petani Pangandaran Resah Karena Intensitas Hujan Tinggi

Sekarang para pelaku seni Badud rata-rata berusia antara 50 sampai dengan 60 tahun. 

“Masih suka ada panggilan dari hajatan, biasanya dibayar per jam,” jelasnya. Dalam satu jam biasanya ia dibayar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Uang tersebut dibagikan kepada 20 personel.

Adwidi kini tengah mendekatkan anaknya yang baru masuk SMP kepada seni tradisional Badud. 

Kategori :