Sulitnya, massa pendukung Trump sudah telanjur mendapat angin: Trump pasti bisa dilantik jadi presiden. Mereka sudah bersatu untuk berkumpul di Washington. Mereka siap menggagalkan pengesahan hasil Pilpres di Gedung Capitol.
Maka setelah mendengarkan orasi Trump mereka berkonvoi ngeluruk ke Capitol. Mereka menduduki gedung wakil rakyat itu. Mereka memecah kaca. Membuka paksa. Mencari pimpinan acara. Menduduki kursi Nancy Pelosi, sang ketua. Anda sudah tahu semua.
Untuk apa rumah Trump dan HP Perry sampai diubek-ubek FBI? Ini baru kali pertama rumah mantan seorang presiden digeledah. Ini kali pertama HP seorang anggota DPR disita.
Ini pasti gawat. Ternyata dua hal itu menyatu dan terpisah. Menyatunya di urusan pendudukan Gedung Capitol. Terpisahnya di urusan campur tangan Rusia dalam Pilpres Amerika. Pilpres tahun 2016 dan 2020.
Yang pertama Trump sebenarnya kalah secara suara. Tapi Hillary Clinton kalah dalam meraih jumlah ''kursi''.
Kini Partai Republik murka atas perlakuan pada Mar-a-Lago dan HP Perry. Amerika, kata para tokoh Republik, sudah seperti negara komunis: kekuasaan dipakai alat untuk memberangus lawan politik.
Trump menyebut Mar-a-Lago telah diserbu dan dikepung. Istilah yang sangat provokatif.
Tokoh Republik yang juga Gubernur Florida mengatakan "Amerika sudah sama dengan Banana Republic". Anggota DPR Republik yang norak, Marjorie Taylor Greene, wanita dari Georgia itu, menilai "kini pemerintah Amerika dikendalikan oleh sekte setan pencabul anak".
Sebagian pendukung fanatik Trump memang benar-benar percaya yang dikatakan Taylor itu. Menurut mereka Biden dan kelompok pimpinan Demokrat harus dihancurkan –bahkan secara fisik. Biden dkk itu dianggap musuh agama seperti tertulis dalam injil –versi tafsir mereka.
FBI sampai bergerak karena campur tangan Rusia di Pilpres Amerika dianggap lebih penting dari seorang mantan presiden. Mereka ingin menuntaskan itu. Demikian juga pendudukan Gedung Parlemen, dianggap anti konstitusi.
Dan lagi FBI sudah mendapat izin penggeledahan itu dari pengadilan. Sudah lama Arsip Nasional mengejar hilangnya banyak dokumen penting dari Gedung Putih. Termasuk dokumen yang diklasifikasikan sebagai SAPs (special access programs).
Ada kecurigaan banyak juga dokumen yang berisi surat yang ditandatangani Presiden Trump. Yang sebenarnya ia tidak berhak melakukan itu. Trump memang semakin dianggap membahayakan demokrasi Amerika. Padahal demokrasi dijunjung begitu tinggi di sana.
Tapi dua tokoh yang diincar FBI kali ini memang bukan sembarangan. Pengikut mereka fanatik. Perry adalah anggota DPR dua periode. Dari negara bagian sepenting Pennsylvania –Dapil 10. Waktu di militer pangkatnya brigadir jenderal. Spesialisasinya pilot helikopter tempur. Perry bertugas di dua medan: perang kecil di Bosnia dan perang besar di Iraq.
Di perang Iraq, Perry luar biasa: menerbangkan heli militer 1.400 kali. Jam terbang khusus di penyerbuan saja selama 13.000 jam. Ia juga mengangkut 43.000 personel dan 3 juta cargo.
Di Amerika seorang caleg benar-benar harus berkeringat dalam hidupnya –bukan hanya selama kampanye.
Sebentar lagi ada Pileg di sana. Sekarang ini posisi kursi di Senat 50 lawan 50. Demokrat bisa menang voting karena konstitusi: dalam hal suara imbang suara wakil presiden yang jadi penentu. Wakil presiden sekarang adalah Demokrat.